Many Miles To Go

Cindy, siswi kelas 6 sd di SDN Nan Sabaris  Padang Pariaman, terkesima oleh perkataan gurunya,

"Keutamaan dhuha itu, bagi yg melakukan 2 rakaat tercatat sbg org yang tidak lalai. Bagi yg melakukan 4 rakaat sebagai ahli ibadah dan gemar melakukan hal-hal kebaikan. Bagi yang melakukan 6 rakaat akan terjaga dari perbuatan dosa sepanjang hari itu. Bagi yg melakukan 8 rakaat tercatat sbg org2 taat dan sukses. Dan bagi yg melakukan 12 rakaat akan dibuatkan rumah indah di dalam surga"

Sejak mendengar gurunya berkata demikian, Cindy selalu rutin melaksanakan dhuha dengan riang setiap jeda istirahat sekolahnya..


~disadur dari buku Jejak-Jejak Keutamaan untuk minang, Dompet Dhuafa hal. 139


***

Seberapa byk dhuha rutinmu, Nels?
#hakjleb

Kelapa dua Depok, 15 Desember 2013
@nelaindah

Nilai matematika ku sepanjang sekolah dulu, pasti gak pernah bagus. Sekalinya aku paham, tapi seringkali salah hitung. Ha.

Nilai kewirausahaanku saat kuliah, dapet nilai C. Yes. C. Kesel banget saat itu. Haha. Rasa-rasanya sudah mwngeluarkan ide cemerlang dalam tugas bisnis plannya.

Aku merasa seringkali gagal menghapal. Mungkin menghapalnya bisa,,tapi lupanya bisa lebih cepet lagi dari itu. Haha.

Setelah baca sana sini, aku baru paham, kalau tak salah tebak, aku ini yang termasuk gak punya kelebihan mencolok dan berarti juga kekurangaannya merata pada semuanya. Haha. Hanya orientasi kebahagiaan yang jadi tujuan utama. Tipe insting katanya.

Mungkin olahraga yang lebih mendingan. Itu pun olahraga yang memerlukan gerakan2 unik. Kalau lari marathon, aku pasti berada di rombongan terakhir finish. Haha. Oh yes, aku suka senam lantai, dan beladiri. Palingan sepedahan yang bisa agak lama, Depok-Bogor masih okelah.

Ahya, satu lagi, nilai pengantar manajemenku juga gak memuaskan. Haha.

Jadi berasa bener2 gak punya kelebihan.

Aku cuma punya hasrat buat selalu belajar. Yes. Saat ini sedemikan berjuang untuk mengejar. Mengejar kesuksesan. Terlalu banyak hal yang butuh dipelajari. Terlalu  banyak waktu yang disiasiakan,


Hup haaaa..
Hupppp ha.

Gak boleh galau, gak boleh futur nih, biar ilmu2 lebih mudah dipahami..


Semangaaaat Neeel!

*pagi pagi masuk grup Strategic Management*

13.12.13

Everybody,

Semua seketika seakan berbondong menikah.



Bukankah menikah itu hal yang menyenangkan?


Bukankah katanya,

kalau saudara sakit kita rasakan sakit, kalau saudara senang kita rasakan senang?



Tapi kok, orang2 berbahagia menikah, gw malah......


Astaghfirullaah..
T.T




*abis dapet undangan dari reseller Purwokerto.
:D

Siang ini gw lewat depan taman makam karet bivak, berdua babeh, seperti biasa (gw masih aja suka ngantuk kalo nyetir sendiri. XD)

Tetiba babeh ngomong gini
Bapa: 'Dulu, pas indah baru banget lahir, bapa sering lewat sini'

Gw: 'hah? Ngapain?'

Bapa : 'nganter jemput orang, jd supir pribadi.anaknya sekolah TK di deket taman ismail marzuki.

***

Trus tiba tiba gw gerimis.

Betapa nasib bisa diubah, dan betapa setiap orang punya masa depan. Apalah artinya seorang supir 24 tahun yang lalu.

Trus gw kepikiran karyawan-karyawan gw, karyawan-karyawan perusahaan lain. Bisa jadi sekarang mereka jadi satpm, jadi supir, jadi khodimat rumahan, tapi suatu saat nanti, jika Allah izinkan, masa depan juga ada ditangan mereka, ada digenggaman anak-anak mereka.

Allah sungguh maha baik memang, selalu.

Memudahkan segalanya hingga tahap ini.

Rasanya ingin sekali, menanggung biaya keperluan sekolah karyawan dan anak-anaknya semuanya. Karena gw tahu, gimana rasanya gak bisa beli buku. Gimana rasanya gak dapet nomor ujian saat mau ujian. Gimana rasanya gak boleh sekolah di sekolah unggulan hanya karena lokasi kejauhan, gak ada ongkos tambahan.

Ah, Allah...

Mohon ampun,terlalu lancang, terlalu banyak keinginan, terlalu banyak mau..


***

Selamat jalan Wa Kotong Thabrani, 89th. 11-12-13


~cinere, 11 Desember 2013

Hari ini aku berderai, hanya karena materi startegy mangement yang merembet pd tataran jiwa. Pada kenapa kita ada disini, kenapa kita hidup. Kenapa kenapa..

Setuju bgt bisnis bukan hanya tentang profit dan kekayaan, seperti halnya menikah bukan hanya tentang rasa dan cinta picisan. Ini tentang mengemban amanah besar. Mungkin Allah mudahkan segala bisnis kita dg maksud lain. Allah mengunggu kontribusi nyata kita pd kemaslahatan ummat. Sudahkah?

Mungkin Allah menjaga hati2 kita, patah sblum berbunga, agar kita benar2 menyimpannya pd saat yg berbahagia, indah seutuhnya.

Ini tentang mengemban amanah besar, karena bukan hanya cerita dongeng lagi diluar sana betapa kejahatn terorganisir dengan baik. Bagaimana aliran2 'dana magic' yg bergelontor2 entah dari mana, mengalir menggerogoti ummat. Ghozwul Fikr, perang, bahkan sampai pd tataran kenegaraan. Itu semua butuh dana besar. Tidak dipungkiri pasti ada tangan2 kejahatan level dewa dibalik itu semua.

Dimana kita?
Masih berkutik pd permasalahan motivasi untuk move on? Sementara diluar sana sudah nyawa dan surga yg benar2 terbayang di depan mata.

Dimana peranku?
Hanya setitik debu yg tertimbun gulungan bahan.
Dimana peranku?
Hanya gadis remaja yg menahan gejolak ingin menikah?

Allah, ampuni, ampuni, ampuni kami. Bahkan tilawah, hapalan & ibadah2 yaumiyah lainnya saja seringkali tidak selalu mulus sesuai rencana. Padahal katanya mengaku cinta, mengaku butuh, mana buktinya, Nels?

Hal ini kepikiran beberapa hari lalu. 

Kuadran kanan



Awalnya hanya bisnis owner dan investor yang kebayang. yes ini adalah kuadran yang menjelaskan pola seseorang dalam hidupnya. Employee, self employee, bisnis owner dan investor.


Terimakasi pada Mas Gita yang sudah memeperkenalakan ini untuk yang pertama kalinya pada akhir April lalu. Akselerasi yang sungguh membahagiakan. No, ini masih bisa lebih optimal Nels, semangat.

Terimakasih untuk Jati Nantiasa dan Dea Adhicita yang telah menghantarkan aku pada pusara ilmu tak berujung. Sejak masuk grup JOS (Jamaah Online Shop), aku merasa bener-bener ter-upgrade. Secara hampir setahun ini menjalankan bisnis nyaris tanpa mentor bisnis yang jelas. Bisnis membuatku kesepian. (malah curhat.. .___.)

Semoga Allah membalas setiap kebaikan dengan berbagai kebaikan yang berlipat ya. :D



Bukan itu yang mau diomongin sebenernya.


Jadi, Setelah di JOS, Ihsan Akhirulsyah salah satu member JOS 1 membuka grup Sekolah Investor, yang akhirnya dipertemukan dewa-dewa dalam bisnis. Ha. Bener-bener berasa menjadi debu.
Apalah aku, hanya butiran debu. >,<

Semakin disadari, padi memang benar-benar makin merunduk ketika sudah berisi.



Bukan itu juga sih yang mau diomongin.

ha.


Tapi semua itu yang memicu hingga aku sampai pada titik memikirkan hal ini.

Kuadaran kiri (Karyawan, self employee) dan kuadran kanan  (bisnis owner, investor)



Level bebas secara finansial baru bisa diraih ketika sudah mecapai kuadran kanan. Bahkan orang-orang yang sudah sampai pada tahap Philantropy hampir dapat dipastikan adalah para penghuni kuadran kanan, yang memilih jalur itu. Apasih Nel.



Jadi, kesimpulan udul yang aku bisa ambil adalah, Orang-orang di kuadran kanan itu dapat memperoleh penghasilan tanpa melakukan apapun. Bahkan mereka dalam diam saja sudah bisa menghasilkan pendapatan.

Kebebasan secara waktu. Kebebasan yang bener-bener priceless. Bisa dengan leluasa melakukan kegiatan tanpa harus terpaku harus ini itu. Bisa berkelana membantu sana sini.


Sebenernya masih bukan itu sih inti omonganku. XD.


Oh yes, yang tadi aku jelasin itu Kuadran Kanan versi dunia bisnis dan kekayaan.

Somehow aku tetiba kepikiran tentang amal jariyah.


Bukankah amal jariyah merupakan bentuk lain dari Kuadran Kanan yang serasa 'Lebih mudah' dilakukan.


Misalnya saja, memberikan satu buah sajadah untuk sebuah mushola, atau membelikan kusen pintu untuk sebuah mushola, selagi mushola itu masih dipakai untuk sholat, bukankah pahala masih akan terus mengalir tanpa henti?

Bukankah tujuan kita hidup adalah hanya untuk ibadah?

Misalnya saja, seorang Ibu, yang mengajarkan bagaimana mengeja kata, bukankah pahala masih akan terus mengalir tanpa henti saat sang anak membaca apapun disepanjang usianya?

Islam mengajarkan  infaq, sedekah, zakat, waqaf, semua menjadi sarana munuju Kuadran Kanan versi Jariyah ini.


Ah, banyak. banyak banget kesempatan untuk menjadi penghuni kuadran kanan versi ini. Pun kuadran kanan versi bisnis dan ekonomi juga penting banget.

Apalagi kalau mau menjadi batu batu besar pembangun kebangkitan Islam. he, menurut pemikiran nela yang udul, mutlak diperlukan kebangkitan secara kekuatan ekonomi dalam kebangkitan Islam.

Yuk, sama sama pikirkan dan perjuangkan agar benar-benar bias menjadi penghuni Kuadran Kanan yang membahagiakan, dunia akhirat. Segera.

karena rahasianya, gak ada rahasia.




sungguh.

Hanya kombinasi dari izin, ketetapan dan kemurahan Tuhan Semesta Alam.





Alhamdulillah.

Seberapa cinta?

Seberapa menggebu?

Seberapa bersemangat?



Anak remaja yang baru belajar mengenal cinta, seakan selalu menggebu untuk menjumpa dengan pujaan hati. Sekedar menyapa, mengobrol, atau curhat kanan kiri.

Anak anak kecil yang menggebu dengan mainan kesukaannya, pasti enggan untuk meninggalkan. Bahkan nangis jejeritan kalau dijauhkan dengan mainan dambaan.

Sarjana muda yang sungguh bersemangat mencari nafkah dan pekerjaan. Antara himpitan kebutuhan atau gengsi keadaan. Berjuang segenap jiwa raga dalam serangkaian tes melelahkan. Menjalani ujian dengan sekarela demi perjumpaan pada bayangan kehidupan di kemudian yg lebih membahagiakan.


Lantas, apakabar Tuhan? Allah Rabb semesta alam?


Sudahkan demikian bersemangat menjalani segala ujian?
Bahkan dengan iming-iming kehidupan abadi yang membahagiakan sudah disampaikan oleh RasulNya, seringkali lelah dan futur masih menggerogoti semangat hingga titik-titik mengkhawatirkan.


Sudahkan demikian menggebu dalam permainan kehidupan? Sedihkah kita jika berada jauh dari segala keasyikan kegiatan perjumpaan ibadah yaumiyah? Sedihkan kita saat berasa jauh dariNya?

Sudahkah demikian cinta, hingga ingin berlama-lama bercengkrama, sekedar ngobrol atau melaporkan keluh kesah curhat cerita harian? Sudahkah sedemikian cinta hingga memanjangkan dialog-dialog Doa dan sujud yang panjang?

Atau,

Sudahkah demikian cinta hingga tak sabar ingin menjumpa Tuhan?


Seberapa cinta?



***

Ya Rabb.. Tuhan pemilik alam yang maha berkuasa atas segala sesuatunya,
mohon ampuni segala kesalahan kami, izinkan kami mencintaiMu, izinkan kami bahagia dalam ridho dan barokah Mu, dan wafatkan kami dalam keadaan husnul khatimah..

~note to my self.
Wallahu'alam

Memangkas dan menggantinya dengan tangkai-tangkai bunga yang kelak akan berbuah manis, tanpa harap-harap palsu pelemah iman, berserah pada kuasaTuhan.  

Nanti aku mau setelah menikah begini begitu aaah..

Aku mau baca buku parenting ini, baca buku itu,, aku mau ikut pelatihan pernikahan, pelatihan ini itu.


Entahlah.

Sekelilingku memusing.
Jadi monoton melulu tentang itu.

Seakan sepenuhnya yakin yang dibayangkan benar-benar akan terjadi. Padahal sudah teruji dari yang sudah sudah, tak selalu yang nyata itu sama dengan bayangan.

Nggak ada yang salah memang,

Beberapa tahun lalu, mungkin kita, aku sampai pada titik, setelah lulus sma mau kuliah di ugm, ambil fakultas bergengsi. Tapi kenyataan gak kompak dengan angan. Allah memberi jalan lain.

Beberapa tahun lalu, mungkin kita, aku, sampai pada titik, setelah lulus kuliah mau langsung lanjut S2 keluar negeri trus ketemu pangeran pujaan hati di negeri orang, atau pasca kampus dapet kerja yang menawan, yang mampu melambungkan digit-digit tabungan. Tapi again, Allah memberi jalan lain. Jalan yang sangat indah.

Sekarang, sampai sekarang tiba di titik ini. Aku pusing. Yah, aku juga mau menikah lantas punya anak. Semua wanita normal juga mau itu. Semua wanita normal juga punya mimpi itu.

Sama aja seperti rasa-rasa yang lain, semua orang merasakan, tapi kalau overload diomongin juga malah bikin monoton.

Optimis itu bagus, memang. Menyempurnakan dan mengoptimalkan ikhtiar.
Tapi akan selalu ada batas tipis antara optimis, se-zarrah sombong dan besarnya kuasa Tuhan.

Astagfirullaahaladzhiim..
Aku memohon ampun atas segala ketidaksabaran, atas segala kekurangbersyukuran selama ini.

Semoga Allah memberi ampun, semoga Allah menjadikan kita orang-orang beruntung.

♥

Wamil.

Wajib militer.

Kadang kepikiran, kalau tiba-tiba Indonesia harus terlibat perang, rakyat siap gak yah? Bisa berjuang gak yah? Peralatan tempur memadai gak yah? Apa pemerintah punya stok rudal dan peluru yg cukup?

Dasar nela.

Maap sekarang entah kenapa sering banget kepikiran hal yang kadang gak paham kenapa bisa terlintas dipikiran.

Mungkin ada baiknya juga ada orang-orang yang bisa bikin petasan, kalau-kalau terjadi perang, tinggal improvisasi dikit bisa berubah jadi bom.

Bukan itu sih yang pengen diomongin.

Korea Selatan, salah satu negara yang mewajibkan para pemudanya ikutan wamil. Wajib militer. Tahunya sih dari cerita-cerita artis korea yang kadang cuti menghilang untuk keperluan wamik. Ehehe. Keren. Gak pandang siapa, semua harus ikut.

Nah, mungkin gak sih Indonesia menerapkan wamil?
Rakyatnya banyak bangeeet boook. Luasan wilayah juga segambreng. Beda banget sama korea selatan. Yang mungkin memang kebutuhan akan kemampuan berperangny lebih besar (inget korea utara tetangganya). Dan negaranya juga lebih kecil luasannya.

Masih bukan ini sih yang mau diomingin.

._.

Ini tentang adek gw yang memutuskan untuk Ronin setahun ke depan. ~Doakan tahun besok bisa dapet ptn terbaik yaaa.. :D

Trus apa hubungannya Ronin sm wamil, nel? :o

Kepikiran aja sih, kalau seandainya di negara kita, Indonesia, ada jeda waktu wajib sekitar setahun buat setiap remajanya. Setahun untuk bekal yang gak bisa dilupa selamanya. Harapannya sih gitu. Kandungan aja 9 bulan loh. Wajib hamil selama 9 bulan lewat dikit, untuk bisa melahirkan.

Nah, umur sekarang berapa?
Hapalan Quran berapa banyak?

Pernah gak sih ngalamin momen2 cemerlang yang bisa menghapal beberapa lembar dalam sehari? Beberapa surat dalam sebulan?

Kyanya seru bgt kalau itu semua difasilitasi oleh sistem. Setahun, atau atleast 9 bulan untuk fokus begituan. Mungkin kedepannya akan lahir generasi-generasi yang rata-rata bisa hapal Quran beberapa juz. Apalagi kalau bisa hafidz mah. Masya Allah.

Teramat bersyukur kalau dididik di keluarga yang tarbiyah atau hanif, tapi gak semua seberuntung kita.

Teramat bersyukur kalau bisa menghidupi keluarga dengan pola tarbiyah kelak, tapi gak semua seberuntung kita.

gak semua seberuntung kita. Allah selaly maha baik. Itu saja.

~pemikiran dangkal ala nela. Pura-pura gak tau kalau ini hal yang complicated banget. Pura-pura lupa kalau keadaan Indonesia demikian heterogen.

Pikiran impulsif yang menjadi lontaran-lontaran doa.
Semoga Allah jadikan kita dan generasi penerus berikutnya adalah generasi Rabbani penghuni surga.

Semua mudah bagi Allah mah. Kan?
Gimana ikhtiar kitanya aja...

~apabae dah nel. XD

Karena memang pada dasarnya kita adalah pelayan.

Perbincangan-perbincangan masa depan seringkali hinggap dalan keseharian. Tak dipungkiri, jalur dan jalan mana yang akan ditempuh adalah satu dari sekian poin yang menjadi persimpangan utama dibalik skenario Allah yang paling indah.

Tak salah, kalau Allah bilang yang paling baik dihadapanNya adalah yang paling bertakwa, yang paling banyak manfaatnya.

SPG, pelayan toko, frontliner di setiap perusahaan menjadi salah satu ujung tombak dalam hal yang bersentuhan langsung dengan end user. Pasti akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi segala standar yang dimiliki perusahaannya. Memenuhi segala SOP demi kepuasan pelanggan yang menjadi pembuka keberlangsungan perusahaan.

Apa yang terjadi kalau mereka tidak menjalani tugas dengan baik? Tidak sesuai standar?

***

Buat apa sekolah tinggi lantas berakhir dalam kepulan asap dapur?

Oh yes, itu juga bentuk lain dari pelayan.

Bukankah melayani itu salah satu pembentuknya adalah cinta?

Kadang aku berpikir, kenapa wanita-wanita itu mau diam di rumahnya, melepas segala asa mimpinya?

Pikiranku saja yang masih terlampau dangkal. Allah itu maha tahu, Allah itu maha bijak.
Sepertinya, Ketika cinta sudah bicara, tak ada lagi sisa sisa penghalang, pun bayangannya. Ketika cinta sudah membuktikan keberadaannya, semua melebur menjadi titik-titik indah bahagia.

Bukan cinta picisan semu yang lekang oleh waktu. Tapi cinta akan kejayaan agamaNya.

Bukankah generasi penerus menjadi tanggung jawab kita semua?

Aku paham, kenapa penyandang gelar Pelayan adalah gelar paling pantas untuk kita semua. Toh kita hidup dari melayani. Pun seorang presiden sekalipun, pada dasarnya adalah pelayan untuk seluruh rakyatnya.

Yang paling utama adalah, Sudahkah cinta kita padaNya membuat segala yang kita perbuat sungguh-sungguh untukNya?

Katanya, sholatku, ibadahku, hidupku, matiku untuk Allah semata. Sudahkah?

T.T

From zero.

Segala kekhawatiran, keraguan, ketakutan, sedikit banyak disebabkan karena dugaan - dugaan akan hasil yang kurang baik.

Masih bau kencur banget kehadiran gw di dunia per-dagang-an. Satu hal yang sering gw inget kalau mau memutuskan hal - hal kecil yang agak bombastis,
'gw mulai dari gak ada apa-apa. Takut apaan sih Nel?'

Membiarkan diri tetap impulsif, tetap spontan, menjadi bahan bakar utama dalam segala keudulan keseharian.

Stay happy, Nel. ♥

~ tulisan tanggal 25 Juli 2013


Entah kapan mati, entah kapan berjumpa izrail.

Sore itu aku duduk berdua dengan sahabatku, di pinggir jalan paling ramai di kota ini. Makan, kemudian kenyang.

Menengok pikuk jalanan. Banyak orang bergegas tak sabaran. Sumringah dalam candaan, atau sekedar bengong tak tahu berpikir apa.

'Ini hidup?' Itu saja yang terlintas dalam pikiranku.

'Sedang apa aku disini?'
Mencari pundi-pundi recehan dalam tiap rekening, berjuang penuh peluh hanya untuk digit demi digit saldo tabungan? Iyakah? Ini hidup? Untuk apa?

***

Seharian itu aku break ber social media. Bukan karena pulsa habis atau tak ada sinyal, aku ingin sementara mendengar. Scroll up-scroll down TL sendiri, melihat jajaran twitt yang pernah terucap.

'Ini hidup gw?'

'Kalau gw tiba-tiba mati gimana yah?'

Gak akan bisa mengubah apa yang udah aku lontarkan. Pun hanya di social media.

'Kalau gw tiba-tiba mati, orang akan inget apa yah? Apa yg orang inget dari hidup gw?'



○berpikir

Sudah.

sudah 24 tahun 24 hari berlalu.

sudah berapa banyak dosa, Nel?
sudah berapa banyak lalai, Nel?

sudahkah berbuat apa saja, Nel?
sudahkah bermanfaat, Nel?
sudahkah membahagiakan, Nel?


Hidup tak hanya tentang dirimu,
hidup hanya tentang membahagia(kan) dalam ridhoNya.
Semoga selalu tergolong pada kebaikan barokahNya
Semoga dimatikan dalam akhir yang baik.

ribet cari label halal saat membeli makanan?

yes, seringkali gw merasakan ini.


Tetiba kepikiran, kenapa mesti ada label halal?
padahal ini negara mayoritas muslim, mayoritas makanan yang beredar juga untuk kepentingan muslim.

Tapi kenapa justru yg di label adalah yg halal.

Menurut gw, kalau pakai label 'haram' pasti akan lebih mengena.

oh yes, ini jelas haram gak ragu lagi. karena yang dilabel akan lebih sedikit dibanding yg tanpa label.

coba inget2 skrg, kadang kita jadi bingung, terlalu banyak produk yang belum ber label. Entah itu memang haram atau memang belum di urus proses sertifikasi halal nya.

kalau hanya yang berlabel halal secara sertifikasi halal yang boleh dikonsumsi, rasanya gak fair sama industri kecil kita. Bagaimana nasib mbok2 jamu keliling, mbak2 warteg, tukang rujak, atau usaha2 kecil yang bahkan pelaku usahanya bisa baca ato ngga msh dipertanyakan.

oh yes, kita harus jadi konsumen yg cerdas. Bukan berarti yg belum bersertifikasi halal itu tidak halal loh ya.

menurut gw, mungkin kalau dibuat label haram akan lebih memudahkan konsumen dalam memilih produk.

who knows..


samar gw inget, konon dulu sertifikasi MUI  itu label haram. Bahkan sang ketua MUI saat itu lebih memilih hengkang dr jabatannya dibandingkan dg mengganti kebijakannya itu. Tapi gw blm kroscek dan riset lagi sih. :D

yuk cari tau lagi yuk.. ^^

Jujur, terkadang kesal, ketika aku duduk di suatu kios, tak berselang setengah jam sudah berkali kali yang renta, tuna netra, atau disable, yang menjumpa. Dengan rintih khas mereka. Menengadahkan tangan sekedar mengharap kemurahan hati.

Entah sungguhan atau sudah jadi pekerjaan. Terkadang kesal, melihat pemberitaan yang mengatakan bahwa kaum papa di Jakarta konon kabarnya pun berkelimpahan di kampungnya. Terkadang berpikir, iyakah mereka sungguh butuh. Atau hanya jadi bahan setoran pada tengkulak-tengkulak jalanan. Ah, hidup. Terkadang terasa tak adil, terasa keras dan kenapa semua tak saja indah.

Katanya, jangan pernah berikan 'uang' pada mereka.
Tapi berikan 'modal'. Rasul contohkan dengan memberi perkakas semacam pisau bukan?

Ah tapi, entah bagaimana mereka menghadapi para mandor jalanan itu? Bisa jadi kalau tak ada setoran akan ada 'kejutan'.Menggadai nyawa. Hidup di jalanan, menempa keras tiap jiwa.  

Hingga akhirnya membaca sebuah artikel dalam harian Republika. Kalau Rasulullah pernah mengatakan kalau kita harus memberi pada siapapun yang meminta-minta, pun dia datang dengan kuda-nya.

Ah, Rasul, pribadi macam apa, sungguh suci tiada tandingannya. manusia paling baik yang pernah ada.


Diluar keraguan, entah mereka meminta itu sebuah pekerjaan, kebutuhan, paksaan atau apa, terkadang tak pernah terpikir, bahwa mereka sudah berbuat baik pada kita.

Yes, mereka memberi kesempatan kita untuk berbuat baik. 
Dan coba dengar, tiap kali bertemu, kebanyakan dari mereka pasti mengucapkan salam duluan untuk kita.

Yes, mereka mendoakan kita guys.
walaupun sesudah itu diteruskan dengan nada rintih 'minta sedekahnya kaa..'

Tapi coba dengar awalannya, mostly, mereka akan mengatakan 'Assalamu'alaikuuum..'

masih ingat artinya?
Yes, 'Semoga diberikan keselamatan atasmu..'

Dan coba bayangkan sedikit, berapa banyak mereka mengucap salam pada orang lain. Bahkan aku yakin, mereka juga gak bisa menghitungnya.
Dan masih ingat, kalau mendoakan orang lain, malaikat akan mengaminkan yang sama untuk sang pendoa?

Ketika kaum papa saja selalu mendoakan orang lain, punya amalan yang selalu dilakukan tak pernah putus, bagaimana denganku?

NikmatNya berlimpah, tapi...

Malu, Nel. :(  

*Perbincangan diri*

Nela         : Nel, kabar yang ini gimana? sudah berapa?
nela indah : Emm, belum jauh beda dengan yang dulu.
Nela         :  Gimana mau ngurus yang itu Neel, kalo yang ini aja belum beres.
nela indah : ....
Nela         : coba nel, inget inget lagi, dulu maunya gimana, apa syarat yang kamu buat sendiri?
nela indah : .... (berpikir)
Nela         : Sudah terpenuhi, syarat yang kamu buat untuk dirimu sendiri itu Nel?
nela indah :..... belum
Nela         : Pikirkan yang ini dulu, lampaui yang segini dulu, baru menggapai yang itu, Nel. 
                  Bagaimana mau mencapai yang itu hey, kalau yang ini saja tidak sanggup.

***
Semoga Allah memudahkan setiap jiwa yang ingin dan sedang berjuang menghapal ayat-ayat suciNya.
Semoga Allah memudahkan para wanita dan para ibu untuk menjadi Hafidzah, agar dapat mencetak generasi Rabbani.
Semoga Allah memudahkan bagi mereka yang sedang berjuang melampaui target-target akselerasi level surga.
Semoga Allah memudahkan setiap yang ingin menggenapkan agama.
Semoga Allah menghimpun kita semua dalam surga abadiNya, kelak.

Amiin Allahumma Aamiin. :)


***
gakusah ngehayal mau buru2 nikah nel, kalo yang ini aja masih amburadul. 
CUMA pinter-pinter JAGA HATI AJA KO. -gitu sih, yg bertahun lalu dibilang mbak cantik di sebuah rumah nomor 171, Depok.
.nelaudul

"Yaudah, jalanin aja dulu, gausah nunggu dapet modal gede. Kalau sudah jalan, kan sudah terlihat buktinya, sekarang kan belum keliatan. jalan aja dulu.. "

Hey, kamu pikir, aku ngapain aja dari kemarin?

Bukti macam apa yang kamu mau?
Asset? uang cash di bank? profit? laporan keuangan?


Mungkin kamu paham teori.
Dan, mungkin aku memang hanya paham praktek. 

Tapi yang aku pahami, praktek tak selalu seindah teori.
Selalu ada peran Allah yang dominan disana. 


Semangat, Nel!

"maaf, aku takut gak bisa jaga hati ke akhi.. "


***

dan ketika kalimat itu terlontar, pasti tanpa disadari sudah ada kavling hati yang tak seharusnya ada.

betapa nelaudul. >,< 

*bugh.bugh* ~menampar diri sendiri 

"Kapan kakak galau? Kanela gak pernah galau ya?"

Jreng jreeeng, pertanyaan dari adik adik pekananku, sepekan yang lalu.


Emangnya gak keliatan ya, kalo gw lagi galau?
Seinget gw udeh bener-bener berkoar-koar gak jelas di twitter, nyampah-nyampah di blog, teriak pada dunia kalo gw lagi gak beres. Hahaha.

Tapi Alhamdulillah banget kalo ternyata gak banyak orang yang Ngeh, kalo gw lagi berantakan.
~agak percuma sih Nel, sekarang mereka jadi tau lo lagi berantakan~

Yes sayang, aku pernah koq galau, sering malah.


Sudah seperti kesepakatan bersama, kalau galau dalam konteks ini (kemungkinan besar) adalah tentang hati, tentang cinta, tentang cerita dengan lawan jenis. Apalagi memang usia mereka, berada dalam usia amat menyenangkan, penuh dengan warni ceria. 10 tahun lebih muda dari gw. haha.


"Kanela kalau lagi galau ngapain ka?"

Eyaaa, pertanyaan menjadi lebih dalam.
Biasanya sih, aku naek motor yang jauh atau naek sepeda sampai capek, memberi waktu untuk berpikir di perjalanan. Atau aku ngeblog, menulis di catetan-catetan. Biasanya sih setelah menulis jadi lebih tenang. Aku jarang cerita ke orang, entah kenapa aku lebih suka mendengar cerita mereka. Setiap berniat cerita ke orang, entah apa yang salah atau entah gimana, keadaan pasti jadi kebalik. Aku yang jadi mendengarkan mereka.

Mungkin ini efek dari kejadian Anis, sahabat baik gw yang menikah-hamil-melahirkan, tanpa sepengetahuan gw. Saat gw tanya kenapa gak cerita padahal biasanya juga cerita, jawaban Anis singkat, dan nanjleb banget. "Nela gak tanya sih, gimana aku mau cerita". Seketika itu juga berderai air mata, bahkan inget-inget hal ini aja masih bikin mata gw berembun. haha.

Benar banget kalau ada pepatah yang bilang "The art of Talking is Listening". hehe.
~kalimat ini pernah lihat di Instagram seorang teman

Kenapa gw jadi terkesan introvert gini, padahal dari luar extrovert abis. haha. Gak ngerti, mungkin punya kepribadian ganda. seperti kamu. iya kan? hahaha..

Sebenarnya ada obat galau yang amat mujarab. Gw baru bener-bener mencoba ini dengan sepenuh hati seutuh jiwa saat galau udah menjadi akut dan kronis.
Ketika pikiran sudah sampai pada taraf,
'Apa gw cari cowo ajaya? apa gw jalan bareng cowo ajaya? kyanya enak deh punya orang yang perhatian, yang mau dengerin, yang mau jadi temen kapan pun, yang saling ngingetin, apa gw pacaran ajaya?kyanya enak deh, ada yang nemenin perjuangan mencapai mimpi..' 
'ato gw menikah aja? ato gw emang udah saatnya menikah?'

huahahaha, tanda tanda galau udah tahap stadium super lanjut tuh.
Rumus obatnya TTD, Tahajud-Tilawah-Dhuha. haha. Yaps. itu obat yang paling mujarab (bwt gw).

Kalau cerita ke temen, enak sih, agak plong, bisa minta pendapat temen langsung, tapi abis itu ada resiko bwt di ceng cengin, bisa jadi malah nambah galau loh. beneran. hahaha.

Rutinin TTD, tambah dosisnya. Kalau biasanya 2 rakaat, tambahin jadi 4 rakaat, mayan bgt. Kalau biasanya 3 lembar, tambahin jadi 1 juz. Kalau biasanya baca Arabnya doang, baca terjemahnya juga dikit mah. Mayan, biasanya ada aja tuh ayat-ayat yang berasa 'ngepas'. hehe.

Belum tau sih hasil akhirnya seperti apa, tapi mujarab banget, apalagi kalo inget bisa aja kalo besok tiba tiba mati, gimana. Emangnya mau mati dalam keadaan galau? XD haha. Naudzubillah.


Semoga Allah senantiasa memeluk dan memberi ridho serta nikmat iman kepada kita hingga akhirnya mendapat kebahagiaan abadi, kelak. Aamin.

Wallahu'alam.
;)

 saya kurang mengerti, dengan padanan kata 'hijaber' yang kian marak.

Sejak saya SMP dulu, yang saya kenal hanyalah 'Jilbaber', orang orang yang mengenakan jilbab.


Setahu saya dulu, hijab itu tiada lain adalah pembatas antara si ikhwan dan si akhwat. Sering digunakan jika dipertemukan dalam keadaan yang mengharuskan berinteraksi dengan cukup dekat. Rapat, syuro, sholat, thats why, ketika pertama kali hijaber booming, saya agak bingung. Bukankah hijab itu pembatas ?  ~ahahaha, betapa wawasan gw dangkal banget.

Kalau sekarang, saya perhatikan muncul pengertian baru mengenai hijab ini. Seorang hijaber umumnya identik dengan mereka yang mengenakan pakaian tertutup, tapi tetap dengan style yang uptodate, dengan beragam gaya dan kreasi. Sementara jilbaber, gaungnya tak sekuat dulu. Kalah pamor dengan sebutan 'hijab syari'. :D


Rasanya, saya lebih senang dan masih teramat bangga disebut sebagai Jilbaber. Orang yang pakai jilbab, identik dengan jilbab mayan panjang (atleast mahmenutup dada), lengkap dengan roknya. :p ~bodo amat orang mw bilang apa juga~

Saya teramat bersyukur berada dalam lingkungan yang mendukung sejak saya pertama kali menginjak masa remaja. Pertama kali pakai jilbab ya karena kewajiban dari sekolah saya saat SMP dulu. Kesel dipaksa-paksa, Nela imut sempet berontak, sengaja berenang pakai baju renang biasa, padahal jelas jelas tiap hari pakai jilbab, lengkap dengan roknya. Udul banget. Untungnya dulu teh masih terhitung anak anak. wkwkw.  yes, alhamdulillah, sampai sekarang, saya kaga pernah punya yang namanya celana jeans. Apalagi mah yang ketat ketat nyakitin. :D ~bwt seru seruan di dalem rumah  kyanya asik juga sih. #eh

Kultur yang demikian baik, membuat saya agak kaget, ternyata diluar sana masih ada orang yang belum tahu, kewajiban menggunakan jilbab dan menutup aurat. ~koq bisaaa gitu gak tau, padahal seinget saya, itu berulangkali ada di pelajaran agama islam, mungkin kelewat kaliya pas gurunya ngajar~

Ada beberapa hal yang menjadi dugaan saya mengapa orang belum berjilbab (dengan benar),

>belum tahu
nah ini. fatal banget bwt kita kita yang udah tahu. Entah bagaimana pertanggungjawaban kita nanti, saat ditanyakan mengapa gak memberikan pengetahuan tentang wajibnya menutup aurat seperti perintahNya, dari ujung rambut hingga ujung kaki kecuali muka dan tangan. Kyanya koq ya sedih banget kalo ini yang jadi alasannya. Padahal masih hidup dibawah langit yang sama.

Saya ingat, Saya-chan, teman saya saat di tokyo dulu sempet nanya, karena ada satu orang indonesia yang muslimah, tapi tidak mengenakan jilbab.
'Kenapa dia gak pake?, kenapa kamu pake? apa gak kepanasan, gak kegerahan, summer pake pakaian full nutup?'
Berondongan pertanyaan yang hmpir selalu hinggap. ahaha. Wajar banget mereka tanya. Tapi ketika ada seorang kenalan di Depok, tinggal dari kecil di Depok, nanya, 'emang pake jilbab tuh wajib ya?' Jreng jreeeeeng, rasanya teh kya apa gitu. >,<

Jadi, husnudzhon yang paling baik bwt mereka yang belum pakai jilbab, mungkin, karena mereka belum tahu. Dan kewajiban kita lah untuk kasitau mereka.
Rasanya tuh pengen bangeeeeeet sesekali ke mall, trus kalau ketemu orang yang pakaiannya agak menyedihkan tuh langsung dikasitau, "mba, pakai jilbab tuh wajib lho mbaaa, ada perintahnya di Al Quran"
tapi belum kelaksana juga, antara malu, gak enak, sm takutnyaa koq ya caranya gak ahsan banget. >,<

>(merasa) belum siap
aduh, kalo jilbab-an yang panjang gw merasa belum bener. gw aja masih suka begini, masih suka begitu.belum siap hati.
padahal Allah gak pernah tanya kita siap ato ngga, yang jelas pasti akan memberikan yang terbaik bwt kita, pasti memberikan ujian yang pasti sesuai dengan kadar kita

Apalagi kalau si cewe ini merasa lebih cantik kalau gak pakai jilbab
~Rambut hitam tergerai panjang, badan aduhai, rasanya pasti pengen pamer. hey, hey lihatt, keren kan guee. cantik kan gue~
emang udah kodratnya ceesih kyanya, bawaannya pengen pamer, cari perhatian. Padahal kalo udah dapet perhatian juga jadi serem sendiri. hahaha.

Ada lagi seorang teman yang belum berjilbab karena belum siap putus dengan pacarnya. huehehe. Doi merasa, kalau pake jilbab yang bener tuh ya ngga boleh disambi pacaran. ^^. Padahal itu kan dua perintah berbeda yang tidak saling sebab akibat. jelas sih, dua duanya harus dijalani. ehehe. no pacaran, jilbab yes. :D

>tuntutan
misalnya aja, si cewe kerja di tempat yang gak ramah jilbaber, dan doi merasa sebaiknya pakai penutup aurat seadanya aja. tuntutan kerjaan, tuntutan lingkungan. Padahal, benefit apa sih yang diberikan sbg timbal baliknya? Bukankah yang paling berhak nuntut ya Allah, udah begitu murah diberi berbagai kenikmatan, diberi hidup, disuruh panjngin jilbab 15-30 senti doang koq ya susaah amat. Takut dipecat? takut gak dapet kerja enak?. jadi, jilbabmu hanya seharga sekian juta? hanya seharga sekian rupiah? Padahal ada Allah yang Maha Kaya lagi Maha Pemurah.

Yes, saya juga pernah resign alias ngundurin diri dari sebuah perusahaan, karena culture disana yang lebih mengutamakan pakaian teh harus 'rapi'. Jilbab gak serembengan berkibar-kibar. yowes, mendingan resign deh. hehe. Menyesal kau perusahaan yang membiarkan cewe se Cling Nela malah resign. haha. Bukankah akan lebih cool dan lebih fair kalau kita dinilai dari kemampuan, otak, dan karya kita? bukan dari sekedar penampilan menggoda. cieelah.

>

tak pernah usai, tak pernah berhenti. selalu terwariskan.

menular membahagiakan.



ketika Oprah W. sengaja membuat acara untuk memberi dan berbagi kebahagiaan, agar bisa menjumpa dengan hidup bahagia. Pada hakikatnya berbagi dan berbuat kebaikan bukanlah untuk membahagiakan orang lain, tapi untuk membahagiakan diri sendiri.

Benar memang, ketika berbagi dan berbuat baik, yang paling bahagia bukan dia atau mereka yang kita tolong. tapi diri sendiri. Mencoba menggapai titik tenang dalam dunia.

dalam cover depan sebuah buku terpampang jelas,
"ketika kau berbuat baik pada orang lain, sesungguhnya kau sedang berbuat baik pada dirimu sendiri"



Menurutku, ada satu lagi efek dahsyat dalam kebaikan.

Menular.


Yes. kebaikan itu menular. ketika seorang kakak membantu adiknya dengan sepenuh hati, seutuh jiwa. walau hanya sekedar menyiapkan bekal makan, menyetrika kerudung. tapi percaya ato ngga, pasti sang adik juga jadi merasa ingin membantu dilain kesempatan.

ketika kakak kelas dengan bahagia memberikan kita lungsuran buku buku pelajaran, seragam, info kostan, bahkan contekan tugas mingguan, iyakah akan hilang perasaan ingin membantu adik kelas kita kelak di tahun tahun berikutnya?



kebaikan,
rasanya selalu saja menghangatkan. walau hanya sejumput senyum ringan.


di tukang bahan langganan, ada seorang bapak yang kekar jenggotan. badan besar, selalu saja penuh peluh sekujur badan. yap. bapak tukang panggul bahan bahan gulungan. mampu mengangkat lebih dari 5 piece bahan senilai 500an meter panjangnya.

sungguh, aku terkesima pagi itu. diantara cucuran peluh selepas melepaskan beban bahan di pundaknya, Bapak itu tersenyum. hanya dua detik. tapi sungguh terasa hingga dalam hati, tulus sekali. Hilang sudah kesan sangar mengerikan sebelumnya. Seketika itu juga aku malu. Hidup sudah demikian indah, rasanya senyumku masih tak setulus Bapak itu.


Semoga segala kebaikan kita selalu menghangatkan, membahagiakan. :)
sehat sehat ya Pak! ♥

salam kenal,
semoga Allah meridhoi dan memudahkan.



*udah gitu aja*

setiap suku, setiap lingkungan dan setiap keluarga, pasti memiliki pola budaya yang khas. Terciri dan yang menjadi pembeda dengan yang lain. Begitu juga dengan perusahaan. Setiap perusahaan pasti memiliki pola budaya tersendiri. Harus berpakaian seperti ini, jadwalnya begini begitu, setiap pekan ada ini, setiap pagi ada itu, kalau lembur bagaimana, adakah kegiatan ringan yang tidak disadari menjadi kebutuhan di lingkungan kerja. Misalnya, diwajibkan sholat dhuha, dianjurkan tilawah saat break siang, ada norma kalau sholat magrib di kantor itu lebih baik, dibanding menerobos macet jalanan. Atau sekedar 'gengsi' pribadi, kalau ketahuan tidak sholat sunnah rawatib di mushola/masjid kantor.

ahya, semua itu ada di otak saya sekarang.

bukan karena kantor baru, atau apa.

tapi mau tidak mau, harus tidak harus, saya harus memikirkan itu. Kalau tidak, 'perusahaan' yang sedang saya bangun akan terbentuk oleh waktu, yang entah hasilnya sesuai harapan atau tidak.

membentuk pola lingkungan yang baru bukan hal mudah, apalagi sebelumny belum ada peraturan yang pasti. Ya gimana mau ada, peraturannya belum dibuat. Baru dirancang dalam pikiran.

tak hanya sekedar pola dalam perusahaan, bukankah pola dalam keluarga juga begitu?

yuk, dipikirkan, mau memiliki pola budaya di lingkungan terdekat seperti apa. Semua dimulai dri dalam pikiran, dimulai dari diri sendiri. Semoga  segalanya selalu mendekatkan kita padaNya.

"aduh, belom ada ini, belom ada itu.."

"gw pengen begini, pengen begitu.."




honestly, gw sering banget begitu.


mau ikut lomba, doooh, gw gak ada leptop.

aduh, gw gak punya kamera, gw gak punya fd, ga ada printer, gw gak ngerti ini, gw gak ngerti itu, nanti kalo begini gimana, tapi kalo begitu apa jadinya..

gw gak ada modal, gw gak ada ide, gw gak tau..


~
bersyukur neeel, masih bisa mikir. mikirin gak ada ini gak ada itu jg suatu kemampuan!
bersyukur neeeeell, masih bisa sehat, masih bisa sholat.
bersyukur neeeeeeeellll, bersyukur.

mulai dari yang ada,
bersyukur,
niscaya Allah akan lipat gandakan.

~
alasan alasan yang sering banget hinggap.
sampai akhirnya, memberanikan diri mendirikan Melangit dg modal pinjaman ratusan ribu yang langsung balik modal lusa berikutnya.

selalu ada jalan keluar.
kalau gak ketemu jalan keluarnya, ya bikin aja sendiri.
ciptakan jalan keluar khusus.


*keluarin kantong doraemon*

sudah berlalu.

terima kasih telah meninggalkanku, membuaku bertambah pengalaman baru. terabaikan.


sudah berlalu.

seperti saat kau sampaikan berita bahagia padaku.
bahagia hingga rona terlihat jelas dalm deret huruf kala itu.


sudah berlalu.

seperti saat kausampaikan pengunduran diri dari sebagian kehidupanku.


titik sudah terlanjur terbentuk, dan koma tak lagi mengiring.



sudah berlalu kesedihanku.



nikmati pemandangan setelah persimpangan itu,
mari berjuang menyelesaikan urusan masing-masing, kalau itu adalah yg pilihan yang paling bijak. kudoakan semoga bisnismu lancar menggelegar. ♥

~eksmut wanna be



*eksekutif muda-imut*

teruntuk @pradiah dan adiknya tercinta,

meski seringkali sepi menyeruak dalam rongga
semerbak kebaikan,
indah perjuangan,
kan menghantar pada bahagia abadiNya.

dua batang berbunga,
aku sayang.
:)

Ayah, ibu, kakek, nenek, adik, kakak, suami/istri..
siapakah mereka?

Orang -orang terkasih? orang-orang paling disayang?
Bukankah tak lebih dari orang-orang yang paling sering berinteraksi dengan kita?

Sejenak terlintas dalam pikiran.

Seandainya terlahir di keluarga lain.
Dididik di keluarga lain.
Hidup di lingkungan lain.

Mudah saja bagi Allah.


Ada apa diantara aku dan mereka?
Bukankah tak lebih dari orang yang lebih banyak berjuang untuk (hidup) ku?

Sejenak terlintas dalam pikiran
Mengapa aku mencintai mereka?
Mengapa aku menyayangi mereka?

Sebagai balasan sudah mengandung, melahirkan, mendidik, membesarkan, dan mengisi hari-hari hidupku?
Iyakah hanya sebatas itu?
Sebatas 'balasan'?
Ataukah sebagai bentuk tanggungjawab atas perbuatan dan kebaikan mereka selama ini?

Bukankah, bgkan ahli ibadah sekalipun, yang sudah merasa yakin akan masuk surga karena segala amalan-amaannya, tak bernilqi lagi jika dibandingkan dengan rahmat dan ridhoNya?

Tak ada artinya aku tanpaNya.
Tak ada artinya kasih sayang mereka tanpa izinNya.
Tak ada artinya cintaku pada mereka tanpa ridhoNya.
Tak ada artinya segala perbuatan tanpa arti ibadah untukNya.


Bukankah hidup hanya untuk ibadah untukNya?
Bahkan Allah sudah tegaskan itu dalam Al Quran.

Kasih sayang, cinta dan hubungan antara aku dan mereka, ibadah adalah jawaban yang paling indah.

Sebenarnya (seharusnya), tak menjadi masalah dengan siapa kita hidup, dengan siapa kita merasa bertanggung jawab. Asal Allah berada dalam fondasinya.


wallahu'alam

#nelaudul

'Ngapain gw jualin Melangit, kan sama aja gw ngebesarin nama Melangit.'


yah. Begitulah ujar salah satu calon reseller gw.

~

Tetiba gw terbayang keudulan gw bebeapa tahun lalu.
Pikiran paling picik, paling udul dari Nela Indah. Gw juga gk ngerti setan macem apa yang tengah berbisik. Tega teganya gw sempet terlintas pikiran ini.

'Ngapain sih, gw ngikutin apa yang dibilang mba X, gw yang ngelakuin, kenapa doi dapet pahala juga'

hihi.
begitulah gw, ketika baru tahu dulu.

Lucu banget kalo diinget lagi sekarang. Toh juga gak ada yang rugi. Toh juga sama sama untung. Toh juga sama sama pingin masuk surga. :D

Jadi makelar pahala. ♥
*nahnu du'at qobla kulli sa i*

wallahu 'alam.




#nelaudul

20 Oktober 2012
Pertama kali akun @melangit_ resmi ada

20 Maret 2013
Syukur pada Allah yang Esa, sudah ada reseller hingga Melangit 20.
Tersebar di Surabaya, Bogor, Bandung, BSD, Yogyakarta, Jember, Lebak Bulus, Bekasi, Denpasar, Balikpapan, Kuta, Jayapura, Cikarang, Cinere, Semarang, Palembang, Bogor Tengah, Lombok, dan Banjarmasin.


Maka nikmat Tuhan Manalagi yang engkau dustakan, Nel?



Semoga Nela bisa memegang amanah dan bisa menjadi wanita setangguh Khadijah ra. ♥

setengah tahun, tidak sebentar.

assalamu'alaykum wr.wb.


Entah berapa cerita yang terlewat, entah berapa kalimat yang tak tersiar.
aku masih dalam satu paragraf yang sama.

ahya, seandainya saja dulu aku bisa memilih, mungkin akunakan memilih untuk tak usah hidup di dunia, tak perlu lagi berhadapan dengan beraam persimpangan dan pilihan. Hanya itu, hemat terkonyol yang terlintas dalam pikiran. Betapa pecundangnya aku, tak mau mengusung dada, mengangkat kepala, mengahadi kenyataan.

Toh hidup sudah berjalan dengan demikian indah, sudah berirama dalam ketukan dan persimpangan. Nikmat manalagi yang masih diragukan?

Allah selalu saja teramat baik, selalu. Tidak pernah tidak.
Allah yang Maha Tahu, selalu menggariskan dan segala sesuatu terjadi pasti dalam sepengetahuan dan dalam izinNya.
aku tahu. tapi masih saja pertanyaan, mengapa Allah membiarkan aku seperti ini, mengapa Allah membiarkan aku mengalami itu, sering muncul dalam pikiran.

Allah itu selalu maha baik.
Memberi jeda berpikir dalam pikiran hambaMu yang sok tahu, mencoba meresapi apa hikmah dalam setiap kejadian. Pembelaaran tiada henti. Pengampunan tiada terperi. ya. Allah itu maha baik dan maha Pengampun.

Semoga paragraf kehidupan ini mejadi pemberat catatan amalan baik dalam hari perhitungan kelak.

Semangat bermanfaat, ♥