Sebelum Kamu

12:52

Menikmati hidup, mungkin itu yang bisa dijadikan rangkuman. Walau terkadang bosan, resah dan gelisah hadir menyelimuti, tapi aku merasa masih cukup bisa menikmati hidup. Rentang usia yang terasa sangat cepat terjadi 5 tahun terakhir. Tiba-tiba sudah hampir menginjak kepala 3. Suatu hal yang menyesakkan, merasa belum banyak pencapaian. Ditambah lagi isu sensitif yang sepertinya menarik orang bertanya-tanya, apalagi Kalau bukan pernikahan.
Sibuk dengan urusan pekerjaan, kadang bikin lupa, mesti nyari jodoh. Mesti usaha nyari. Katanya gitu. Aku sampe lupa kapan terakhir Kali benar-benar proses dengan seseorang. Atau malah, kapan benar-benar mempunyai ketertarikan dengan seseorang. Bagiku saat itu, pekerjaan lancar, tagihan lancar, punya satu dua sahabat yang bisa diajak ngobrol atau sekedar diajak makan & nonton bioskop dikala suntuk, juga udah sangat cukup. Yah, memang cuma dua orang sih keknya yang bener-bener jadi 'sahabatku' saat itu. Hidupku berwarna karena mereka berdua. Tahun 2016-2017 sepertinya tahun hangout paling ajib, hampir semua film bioskop yang bagus kami tonton. Dan hampir setiap hari aku ngobrol di chat dengan sahabatku yang lain. Hidupku rame. Terkadang malah telponan berjam-jam. Sahabatku yang ini memang sangat care dan super sayang banget denganku. Awal 2018 sudah agak berkurang, mengurangi hangout, dan banyak berkontemplasi. Hingga, sampai pada kesimpulan, jangan-jangan ku belum banyak perubahan karena belum bisa move on. Haha.
Pintu yang baru tidak akan terbuka kalo masih belum mau meninggalkan ruangan lama. Mungkin begitu, kesimpulanku saat itu.

Akhirnya aku mulai membenahi diri, menyelesaikan penasaran masalalu. Mantan gebetan yang tidak kunjung menikah ternyata menggulirkan bulir-bulir harapan. Jangan-jangan cerita yang dulu sempat nyaris jadi, masih bisa dilanjutkan. Tapi aku terlalu gengsi untuk memulai percakapan, ku meminta bantuan seorang teman di belahan benua lain, sebagai perantara. Hahaha. Ku terlalu ringkih, bahkan hanya mengenang Jogja tahun 2015 sudah membuatku sesak. Kali kedua kami bertemu saat itu, langsung sangat ikrib dan membekas dihati. Yah, mungkin bekas-bekas 5 tahun lalu saat pertama kami bertemu di pulau Dewata, Bali, tahun 2010, masih ada. Kami ngobrol Tak sampai 5 menit sepertinya, tapi masih teringat jelas hingga 5 tahun berikutnya. Saat itu kami sedang lomba ilmiah tingkat nasional. Kali ketiga kami bertemu, di sebuah cafe di sekitar kampus IPB Bogor. Sebuah cerita yang sangat indah bukan? Haha. Plotnya ngga kalah dari novel renyah. Bahkan aku sempat kepikiran untuk menulis novel tentang kami. Wkwk.

Awal 2018, kuselesaikan cerita yang sudah menggantung beberapa tahun itu. Berat, tapi banyak sisi leganya. Mungkin lain Kali kuceritakan dalam tulisan yang lebih lengkap. 2017 mungkin jadi tahun awalan untuk babak baru pencarian jodoh. Ketika Ada yang nanya, selalu ku response dengan setengah serius minta dicarikan. Haha. Daripada nanya mulu, mending sini deh cariin calon beneran. Walo pada kenyataannya ngga ada juga sih yang muncul. Mungkin ada juga yang trauma, pernah beberapa kali mencarikan tapi ngga cocok. Wkwk.

Menyelesaikan masa lalu, mengikhlaskan diri mempunyai masa lalu, mungkin memang jadi faktor terbesar dalam progress ketenangan hati. Jadi jauh lebih plong gitu. Menyambut sesuatu yang baru dengan lebih siap.

Terima kasih banyak ya. Atas semuanya. Atas segalanya. Atas pelajaran dan kebahagiaan saat itu.

Selesai permasalahan mantan yang menggantung, benar saja, akhir Januari-Februari datang sesuatu yang baru, diluar imajinasi. Ujian berikutnya.

*Bersambung*

You Might Also Like

0 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe