Melangit: Materi Ngobis Pengusaha Kampus 29 April 2015

18:01

Perkenalkan, nama saya Nela Indah Ermawati, lahir di Depok, 31 Mei 89. Sampai SMA, menetap di Depok,  kuliah di IPB jurusan PSP mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Saya berasal dari keluarga yang biasa saja, tidak aneh-aneh, tidak yang susah-susah banget, tidak yang tajir pula.  Ibu saya guru honorer di SD swasta, Bapak sejak dulu narik angkot, sempet buka bengkel motor kecil-kecilan.

Di kampus dulu, ada satu yang masih saya sesali, karena tidak memulai bisnis sejak awal. Bersyukurlah teman-teman Pengusaha Kampus yang sudah mulai bisnis sejak di kampus. Padahal saat itu, teman lab saya sendiri, Rohana, benar-benar pebisnis banget, bikin laundry, bikin bimbel, ngajar private, tapi saya malah asyik sendiri dengan dunia saya saat itu. Hanya sempat ikut PKM bidang teknologi satu kali, dan alhamdulillah menang.
Sekarang aktivitas saya saat ini masih fokus urusin Melangit. Menginjak tahun ke tiga, akhir tahun nanti insyaa Allah Melangit sudah masuk tahun ketiga dan alhamdulillah, Melangit saat ini sudah berbadan hukum, PT Melangit Kreasi Semesta, dengan kantor pusat di Dago, Bandung.

Kalau mau share tentang pengalaman bisnis yang super, mungkin lebih banyak yang sudah lebih jago, sudah financial freedom, dan sudah lebih banyak mengecap manisnya hasil perjuangan. Saya yang sekarang masih belum sampai titik itu.
 Tapi, bukankah Bisnis itu sebuah perjalanan?

Poin pertama yang mau saya tekankan adalah meluruskan niat lagi. Karena Bisnis banyak bgt godaannya, banyak banget aral rintangnya. Mungkin awalnya memang motifnya keuntungan materi, tapi jauh di dalam itu semua, Bisnis adalah perjalanan kehidupan. Setiap hari adalah tantangan, setiap hari adalah ujian dan anugrah dalam satu kesatuan.

Kalau flashback sekitar akhir Oktober tahun 2012, benar-benar kuasa Allah saat Melangit bisa lahir. Boleh dibilang, saya ndak ada pengalaman bisnis yang mumpuni, tapi memang sejak zaman SMA, DPM dan BEM, seringkali kalo di organisasi kebagiannya mengurus bidang kewirausahaan. Momen pasca lulus, sempet offering kerjaan sebentar, tapi kurang sreg dengan SOP kantor dan jam kantor (yg sebenarnya normal) jam 8 hingga 5 di kantor. Saya membayangkan mesti berulang seperti itu 5 hari dalam sepekan. Mau gimana nasib anak-anak saya kelak, gimana nasib keluarga saya, kalau Ibu mereka pergi demikian lama. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan.

Kegalauan pun berlanjut, ketika pertanyaan tentang esensi hidup seringkali menggema dalam pikiran.
Untuk apa kita hidup?
Untuk apa kita ada di dunia?
Apa yang bisa aku lakukan untuk manusia?
berulang kali terulang, pertanyaan-pertanyaan di dalam pikiran, terjadi pergulatan yang entah datang dari mana.

Sampai akhirnya ber-azzam dalam diri, kalau hidup harus bermanfaat, hidup harus berguna buat orang lain. Bukankah itu yang kelak akan kita tinggalkan ketika maut datang.

Momen-momen kegalauan dilanjut dengan prosesi hijrah-hijrah kecil. Perbaikan-perbaikan diri, hingga rasanya ingin sekali balik lagi ke jaman SMP, dengan jilbab tebal bukan Paris, tapi bingung mau cari kemana, ngga ada yg jual.

Dua tahun yang lalu, bisnis dunia hijab belum se-hits saat ini. Mau cari jilbab yang tebal itu susah. Lebih mudah saat aku masih SMP malah, trend jilbab sekitar 2 tahun lalu adalah jilbab Paris dengan aneka warna. Agak berbeda dengan 10-15 tahun lalu, ketika jilbab yang beredar adalah jilbab-jilbab yang cukup tebal.

Akhirnya saya memutuskan untuk membuat jilbab sendiri, yg jadi cikal bakal Melangit.

Melangit berasal dari kata Me dan Langit yang dalam bahasa Filipina Langit berarti Surga, jd harapannya Melangit bisa membawa banyak orang untuk senantiasa mendekat pada surga.

Karena hanya itu esensi keberadaan kita di dunia. Beribadah pada Allah, untuk meraih surga.

Bisnis melangit awalnya hanya sesimpel jualan jilbab. Tapi makin kesini makin kompleks jadinya, apalagi begitu tuntutan secara perusahaan profesional. sudah ndak bisa lagi main-main, sekedar jualan, atau kerjaan bisa ditunda-tunda. Sudah banyak orang yang terlibat, dan bisnis juga merupakan amanah dari Allah.

Kalau menurut Jim Collins di bukunya Good to Great, bukan masalah genre apapun bisnisnya, karena apapun jenis/genre bisnisnya bakalan bisa menjadi Great company.

Temukan masalah yang kita hadapi, pecahkan, dan kemudian kontemplasi, apakah orang lain diseantero dunia memiliki permasalahan yang sama dengan kita?

karena sejatinya bisnis adalah jawaban dari sebuah permasalahan. Jawaban kecil yang ber-impact pada dunia. the agent of change, Yeah, kita hadir untuk bermanfaat pada dunia, rahmatan lil alamin, menjawab secuil permasalahan dunia dan Allah berikan kemudahan kita lewat jalan bisnis.

Temen-temen yang baru mau berbisnis, atau sudah mulai jalan bisnisnya, pasti ngerasain, begitu beratnya saat mau memulai. Yeah, langkah paling berat adalah ketika memulai, tapi mempertahankan ritme langkah juga adalah tantangan tersendiri. Exit door bener-bener selalu ada di depan mata. Pilihan godaan untuk give up seringkali menyusup di dada. Tapi yakinlah, ketika kita akan menyerah, justru bisa jadi disitulah titik terdekat dengan keberhasilan.

Mungkin kita bisa baca banyak buku, tapi learning by doing juga perlu, mungkin kita bisa berteman dan berguru pada pengusaha-pegusaha sukses, tapi sungguh, yang bisa menaklukkan dan mengalahkan diri kita sendiri tiada org lain, hanya diri kita.

Bisnis adalah perjalanan. Perjalanan untuk kebermanfaatan, perjalanan untuk kedewasaan.

Apalagi untuk yang perempuan, pasti bisnis menjadi lanah tersendiri untuk melatih logika berpikir. hehe. gak jd baper (bawa perasaan) dlm mengambil keputusan adalah hal yang menantang bgt. Berbeda dengan laki-laki yang memang kodratnya logika nya lebih jalan. Hahaha. XD

You Might Also Like

1 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe