Jualan Melangit

14:00

Neeeel. nulis doong.. 
Neeeel, ceritain Melangit doong..
Neeeel, ajarin bisnis dooong, 


hei dude, gw juga masih belajar banget. Belajar mengalahkan diri sendiri. Sungguh deh, bisnis banyakan pergulatan dalam diri. Haha. 


Untuk segala short cut. ini ada cerita tentang gw yang di upload entah setahun atau dua tahun lalu. ada disini link nya, tapi buat yang males nge klik, gw kopiin deh tulisannya.. hahaha. 


_____________________________________________________

Nela Indah, pemilik toko online yang masif di Twitter,@Melangit, mengalami beberapa rintangan dalam merintis tokonya sejak Oktober 2012 lalu. Mulai dari dijambret, hingga partner bisnis yang mengundurkan diri. Tapi, hal-hal itu tidak menyurutkan niat alumnus SMA Negeri 1 Depok dan Institut Pertanian Bogor ini untuk terus mengembangkan @Melangit_. Kini, @Melangit_ punya 56reseller yang ada di Twitter (sampai dengan @Melangit_56).
  1. Berawal dari hobi
    Nela yang setiap harinya menggunakan jilbab punya keprihatinan sendiri terhadap bentuk dan model jilbab yang ada di pasaran. Ia ‘gemas’ karena harus menggandakan jilbab setiap memakainya. Apalagi yang berbahan ‘paris’. Kurang ringkas, menurut Nela.
    Sejak dulu, hobi Nela adalah mengumpulkan bahan. Ketika kuliah di Bogor pun, Nela sering kali menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pasar Anyar Bogor untuk mencari bahan. Ia akhirnya menemukan bahan yang pas dan bisa dibuat jilbab berbentuk segiempat. Nela mengaku tidak suka yang ‘ribet’. Sehingga model jilbabnya tak terlalu banyak. Sederhana, tapi membuat pemakainya anggun.
  2. Sedikit jadi bukit
    Setelah lulus dari program sarjana di IPB, Nela kemudian meluncurkan toko online-nya yang ia beri nama “Melangit”. Ia memilih nama ‘Melangit’ karena kata tersebut punya makna ‘menuju surga’ dalam bahasa Filipina. Harapannya, produk-produk yang ada di Melangit bisa menghantarkan pembeli dan penjual menuju surga.
    Modal yang ia gunakan di awal sebesar enam ratus ribu Rupiah yang ia gunakan untuk mencari bahan dan mengolahnya. Pada fase awal ini, Nela pergi ke Tanah Abang untuk membeli bahan hampir setiap hari. Kemudian, bahan-bahan tersebut diolah (di-neci).
    Perlahan tapi pasti, pada bulan Desember 2012, Nela sudah punya dua orang reseller. Lalu, di bulan Januari omzet bisa mencapai 15 sampai 20 juta Rupiah. Tak hanya itu,reseller Melangit pun bertambah menjadi lima orang. Satu bulan setelahnya, omzetnya bisa mencapai dua kali lipat dari bulan sebelumnya.  Di akhir Mei 2013, Nela sudah punya kurang lebih 20 orang reseller yang siap memasarkan produk-produk Melangit.
  3. Twitter sarana utama
    Twitter terbukti jadi sarana paling dekat, paling mudah, dan paling banyak peminatnya untuk mengembangkan toko online. Tak terkecuali Nela. Ia mengandalkan Twitter sebagai sarana utamanya dalam berjualan jilbab di dunia maya. Dengan segenap usaha yang ia lakukan, kini Nela sudah punya 56 reseller dengan Twitter masing-masing. Mulai dari @Melangit_1 sampai @Melangit_56.
    Twitter dipilih Nela karena ia merasa penggunaan Twitter di tahun 2012 sedang masif. Terbukti, tanpa teknik marketing yang rumit, strategi SEO, buzzerendorse, hingga iklan, kini followers @Melangit_ sudah mencapai kurang lebih 4.500 akun.
  4. Foto produk bukan foto model
    Foto produk yang digunakan Nela sebagai katalognya tidak pernah menampilkan muka sang model. Alasannya, Nela terkadang kesal jika melihat orang yang berjualan lalu produknya dibeli karena modelnya yang cantik. Salah fokus, menurutnya. Untuk mendapatkan foto yang baik, Nela juga tidak instan. Awalnya, ia merasa kesulitan untuk memproduksi foto produk yang berkualitas tinggi. Namun, karena terbiasa, lama-lama menjadi bisa.
  5. Berdayakan lingkungan sekitar
    Nela lalu memperkerjakan tenaga-tenaga yang berasal dari lingkungan sekitarnya untuk bantu mengembangkan Melangit. Salah satunya adalah untuk mengisi peran penjahit. Ia melatih beberapa tetangga di dekat rumahnya selama beberapa minggu untuk membentuk jilbab sesuai model yang ia punya.
  6. Excellent service
    Sejak awal dibentuknya Melangit, Nela selalu mengutamakan excellent service. Ia perna membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa di balik satu orang yang kecewa, akan ada sepuluh orang konsumen yang akan hilang. Nela menganggap konsumen adalah partner marketing-nya. Pernyataan ini didasari kenyataan bahwa sebagian besar reseller Melangit merupakan pelanggan setia produk-produk Melangit dulunya. Teori word of mouth yang ia pegang.
    Selain itu, Nela juga memperhatikan packaging produk jilbabnya. Ia selalu memastikan bahwa kondisi packaging harus rapi. Sehingga, yang mengerjakanpackaging harus betul-betul fokus dan terampil. Alasannya, bisa ada 500 sampai 1.000 pieces jilbab yang harus dilipat.
  7. Punya mimpi besar
    Pada fase awal pengembangan Melangit, Nela hampir setiap hari ke Tanah Abang dengan menggunakan kereta commuter line (CL). Ia sering kali berdoa bahwa di kemudian hari Nela tidak boleh seperti ini lagi. Ia membayangkan duduk di mobil ber-AC sehingga tidak perlu berdesak-desakan di CL. Selain itu, ia juga berdoa bahwa ia tak perlu mengejar waktu karena takut kehabisan bahan. Tukang bahannya saja yang nanti menawarkan bahan ke Nela.
  8. Selalu bangkit ketika ‘tersandung’
    Perjalanan panjang Melangit bukanlah perjalanan lancar tanpa halang rintang. Di awal pembentukan Melangit, beberapa alat penting yang digunakan untuk menjalankan toko online sempat lenyap. Mulai dari handphone dan kamera yang dijambret, hinggalaptop yang rusak. Tak hanya itu, partner bisnis sejak awal menikah. Sejak saat itu, ia jarang lagi mengurus Melangit dan di bulan Januari 2013, ia mengundurkan diri.
    Namun, tidak ada alasan bagi Nela untuk tidak bangkit dan menambah besaran usahanya untuk mengembangkan Melangit. Usaha dan doa berbanding lurus dengan hasil yang akan didapatkan. Selain itu, Nela mengatakan bahwa semuanya itu tentang kesiapan. Tuhan akan memberi manusia ujian maupun hadiah sesuai kapasitas dan kesiapan manusia itu sendiri. Sesuai dengan kebutuhan.
***(psr)
Channels:

You Might Also Like

0 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe