Trend Bisnis Pakaian Syar'i

01:33

Saya memulai bisnis pakaian syari 4 tahun lalu, Oktober 2012. Menginjak tahun keempat, sejujurnya saya merasa banyak kemunduran secara personal. Haha. Apa yang sudah saya alami selama 4 tahun ini?

Empat tahun, bukan waktu yang sebentar. Cukup untuk meluluskan seseorang menjadi sarjana, cukup untuk membuat anak kecil mahir membaca. Atau bahkan,mungkin cukup untuk meluluskan seorang master menjadi phD.

Empat tahun lalu, bisnis pakaian syari masih sangat biru, dan masih sangat sedikit pemainnya. Saat ini, saya merasa sudah sangat jenuh. Rasa-rasanya orang yang hijrah dan pakai jilbab sesuai syariat, akan lantas terbersit untuk jualan jilbab atau pakaian syari. Apalagi dengan mudahnya akses masuk ke bisnis ini. Tida dibutuhkan modal yang besar untuk mulai mendalaminya, tidak butuh pengalaman yang mumpuni untuk memulai bisnis ini. Cukup paham bagaimana bentuk jilbab yang syar'i, tahu bagaimana posting sosial media, simsalabim, langsung bisa punya toko online.

Ada rasa khawatir dan bahagia yang datang bersama-sama. Mengetahui pakaian syari semakin banyak bertebaran di muka bumi.

Khawatir ketika pakaian syari menjadi trend masa kini yang kelak diikuti hanya karena sedang ngehits. Tak jarang menemukan Fulanah yang melakukan hal tidak baik meski sudah berjilbab syari. konon teman saya ada yang melihat wanita berjilbab panjang tapi juga merokok dan melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Saya demikian khawatir ketika jilbab syari sudah mulai marak, iyakah mereka yang memilihnya sungguh karena dorongan mendekat pada Allah, atau sekedar aktualisasi diri, mengikuti mode. Khawatir barisan jilbab panjang tak lagi kuat, tapi menjadi buih yang berserakan.


Sebuah hadis diriwayatkan daripada Thauban r.a., bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama.”
Maka para sahabat r.a. pun bertanya, “Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?”
Sabda Baginda SAW: “Bahkan masa itu mereka lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut.”
Sahabat bertanya lagi, “Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?”
Jawab Rasulullah SAW, “Kerana ada dua penyakit, iaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn.”
Sahabat bertanya lagi, “Apakah itu al-Wahn?”
Rasulullah SAW bersabda: “Cintakan dunia dan takut akan kematian.”

Semoga Allah senantiasa menjaga niat kita, semangat meningkatkan tsaqoffah, agar bisa menjadi muslim yang kuat, jasad, ruh dan juga akal. Tak hanya menjadi muslim yang ramai-ramai mengikuti arus trend bagaikan buih di comberan.

Suatu ketika saya menghadiri sebuah acara gelaran fashion muslim, berlenggak lenggok diatas catwalk deretan model berkaki jenjang untuk memperlihatkan kreasi para perancang busana. Banyak senyum merekah dalam wajah saya ketika itu, tapi juga tak jarag mengernyit bingung dengan koleksi yang muncul dihadapan.

Kreativitas tanpa batas, atau kreativitas berbatas seadanya. Ketika busana bercadar ditampilkan lengkap dengan blink-blink di bagian cadar dan khimar, ketika jilbab panjang menjuntai, membebat sang model hingga justru malah tanpa sadar membentuk lekuk badan secara dramatis,

Kreativitas entah kenapa seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang aneh dan unik. Ketika pakaian syari yang kemudian digandeng dengan kreativitas, apabila tidak disertai dengan pemahaman koridor yang sebenarnya, akan menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan.

Yuk sama-sama belajar lagi, mendekat pada Allah, agar kita jadi barisan muslim yang kokoh, tak hanya penggembira dunia yang wara wiri terbawa arus trend.







You Might Also Like

1 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe