Apa Adanya

20:45

Hal ini terpikirkan kemarin, saat sore itu disebuah angkot 06 jurusan Parung-Bogor yang menunggu calon penumpang dengan sangat setia. Seperti kebiasaan lama saya, saya mulai membaca sebuah komik yang ga perlu disebutkan judulnya.

KOmik itu sebenarnya komik biasa, tapi ada satu hal yang membuat saya kembali berpikir dan mengingat masa lalu.

Ceritanya begini...

Menilai, melihat, dan menganggap seseorang dengan apa adanya orang itu sangat susah dan langka. Seringkali kita, saya, melihat seseorang dari asal muasalnya, orangtuanya, jabatannya, atau embel-embel lain yang melekat pada dirinya.

Hal ini mulai terjadi ketika memasuki smansa depok. Saya, yang berasal dari smp minoritas, hanya 2 orang yang saya kenal saat pertama masuk.Pipit & Dimas jawir, itu pun karena kita satu SD.

Memasuki dunia baru dengan orang yang hebat-hebat, yang saat itu rasanya terlalu tinggi untuk kehidupan saya. Tapi, akhirnya saya bisa beradaptasi di smansa, Alhamdulillah.

Sebenarnya kebiasaan buruk menilai dengan cara seperti ini sampai saat ini pun rasanya masih sering terlintas. Tapi mulai sadar, kalau setiap individu ya berbeda, punya potensi masing-masing, pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Percaya akan itu semua awalnya sulit, tapi kini mulai terbiasa.

Buat yang pernah bernasib sama seperti saya atau sedang mengalaminya, jangan minder. pede,, pasti juga semua orang punya kelebihan tersendiri.

Di komik yang saya baca saat itu, tokohnya ada satu orang yang selalu dinilai lantaran latar belakang dia, dan 2 orang lagi tokoh yang jujur, menilai orang apa adanya mereka.

Komik itu membuat saya yakin kalau setiap orang jauh lebih suka apa adanya dirinya.Apa adanya, bukan ada apanya. he,

You Might Also Like

0 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe