Entahlah, itu keputusan pemerintah!

19:20

Keberadaan bangsa Indonesia diusianya yang kini menginjak 62 tahun, menghadapi sebuah simpangan yang menjadi sebuah titik belok. Titik belok yang akan berbelok ke atas atau malah mengalami penurunan. Ditengah maraknya pesta 100 tahun kebangkitan nasional, bangsa ini dihadapi keadaan yang tidak mudah.

Pesta peringatan 100 tahun kebangkitan nasional yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, adalah sebuah proses penyadaran yang ironis. Ditengah himpitan ekonomi yang semakin menjadi-jadi, harga minyak dunia yang kian melambung tinggi, krisis pangan yang kian nyata ada didepan mata. Pemerintah mengadakan sebuah pesta yang menurut saya, kelewat mewah. Penyadaran agar bangsa bangkit kembali adalah ide yang sangat brilliant, bangsa yang tengah tertidur, pingsan (atau mungkinkah sedang koma ?) menggeliat sedikit. Tersadar akan kekayaan bangsa yang dulu begitu dielu-elukan, Indonesia kaya sumberdaya alam, kaya kebudayaan, rasanya menjadi sedikit nyata malam itu. Tetapi benarkah, ketika banyak rakyat yang mengalami kelaparan, kesusahan, putus sekolah, menganggur, pemerintah malah seakan berfoya dengan itu semua. Ironis. Bukankah lebih baik, ketika dana yang digunakan untuk pesta malam itu, baik itu dana pemerintah ataupun sponsor, digunakan untuk membantu saudara-saudara kita yang lain yang sedang membutuhkan. Paduan suara dari mahasiswa UI saja, jika saja seorang mahasiswa diberi honor Lima puluh ribu rupiah, maka, karena ada 5000 mahasiswa (kata MC), dibutuhkan uang sekitar 250 juta rupiah. Jumlah yang fantastis bukan? Itu baru paduan suara, bagaimana dengan penerjun payung, penari, penyanyi, drumband, dan atraksi-atraksi lain. Entahlah, itu keputusan pemerintah.

Ketika pasca hari kebangkitan nasional,ketika Indonesia mulai menggeliat dengan semangat kebangkitan yang baru, rakyat Indonesia kembali dihadapkan pada titik belok yang lain. Kenaikan harga BBM membuat rakyat kembali lesu. Lagi-lagi, entahlah, itu keputusan pemerintah.

Mungkin jika ada rakyat yang kelaparan lantaran tidak bisa membeli makanan karena harga yang kian melonjak naik, bisakah kita mengatakan, Entahlah, itu keputusan pemerintah.

Jika ada anak Indonesia yang tidak sekolah, lantaran ketidaktersediaannya fasilitas pendidikan yang bisa dijangkau, padahal subsidi BBM juga dikurangi untuk dialihkan pada bidang pendidikan,dan anak-anak Indonesia menjadi terbelakang, bisakah kita mengatakan, Entahlah, itu keputusan pemerintah.

Ketika pemerintah demikian kalang kabut minyak dunia melonjak, pemerintah merugi, dan akhirnya lebih menyelamatkan APBN daripada menyelamatkan rakyat yang demikian tambah sengsara. Padahal jelas, fungsi pemerintah adalah untuk membuat keputusan demi kesejahteraan rakyat, bukan menambah derita rakyat. Bisakah kita mengatakan, Entahlah, itu keputusan pemerintah.

Beberapa bulan lalu, ketika Indonesia menjerit lantaran kedelai menghilang dari pasar. Akibat perubahan kebijakan Amerika Serikat sedikit saja membuat negara ini berguncang demikian hebatnya. Pengusaha tahu-tempe gulung tikar, tahu-tempe penunjang gizi masyarakat yang paling murah menghilang dan kalau ada harganya meroket. Ketika semua itu terjadi lantaran pemerintah yang lebih memilih membeli kedelai impor dari Amerika karena harganya demikian murah. Dan tidak memberi kesempatan pada petani dalam negeri untuk mendapat untung yang lumayan ketika merka menanam kedelai. Jadilah, petani dalam negeri tidak ada yang mau menanam kedelai. Ketika negeri ini tergantung pada kedelai Amerika, begitu dimainkan sedikit, Indonesia langsung berguncang. Krisis kedelai. Bisakah, kita mengatakan, Entahlah itu keputusan pemerintah.

Masih segar dalam ingatan ketika harga minyak goring demikian meroket. Karena petani-petani kelapa sawit jauh lebih senang menjual CPO-nya keluar negeri karena diluar negeri harga yang ditawarkan jauh lebih menguntungkan.Karena pemerintah tidak mau membeli dengan harga bersaing dengan harga lain, kelangkaaan ini demikian dasyat dampaknya terhadap harga minyak goreng. Bisakah, kita mengatakan, Entahlah itu keputusan pemerintah.

Tapi dimanakah nurani, ketika rakyat demikian menderita, kita hanya diam saja??

You Might Also Like

1 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe