Warisan Kebiasaan

23:11

Ramadhan sudah menyentuh hari terakhir. Sudah berapa ceklis yang dihasilkan? Sudah berapa target yang terpenuhi?

Ramadhan kali ini agak terasa berbeda. Ada beberapa sodara dekat yang dipanggil Allah. Banyak rasa kehilangan yang tanpa sadar menelusup dalam keseharian. Emak, yang seringkali cerewet untuk bangunin sahur, mengingatkan ini itu, tapi kini sudah tidak ada lagi. Emak yang selalu rajin Tarawih berjamaah, sholat subuh berjamaah, selalu duduk di tempat sama di masjid. Emak yang seneng banget berbagi. Rasanya hampir semua yang Emak kenal dikasih sesuatu. Bahkan, disekitar rumah ada satu orang yang sudah agak gak waras, dan gila, tapi masih diurus keluarganya. Kerjaannya hanya jalan keliling kampung dengan teriak teriak marah-marah sepanjang jalan. Emak, dengan segala keramahannya, malah sering memberikan makanan. Sampai akhirnya orang itu selalu tertib kalau ada Emak. Gak teriak-teriak macam orang kesurupan.

Sampai sore tadi, Mama mengantarkan makanan ke rumah Nenek, (kakak nya Emak satu ayah beda ibu), Nenek malah marah-marah sambil nangis 'Emak lu mah kenapa mati duluan sih?' wakaka. Sulit banget mempertahankan kebiasaan-kebiasaan kebaikan yang telah dilakkan pendahulu. Betapa murah hati, Betapa istiqomah. Belum lagi, Emak itu selalu bangun jam 2 pagi. Setiap hari, tanpa pernah absen. Entah kebiasaan yang dimulai sejak kapan. Selalu bangun solat malam, menyiapkan dagangan, subuh sudah rapi, sudah nyuci, sudah mandi, sudah nyapu, dagangan sudah terpajang dengan rapi. Kami, para anak dan cucu rasanya belum ada yang bisa melanjutakan warisan kebaikan Emak.

Dua hari lalu, kami kembali kehilangan sanak saudara. Malam minggu, uwa Aswanih dipanggil Allah. Sudah sakit sebelumnya, tapi ramadhan ini cukup sehat. Bahkan masih sempat mengikuti Tarawih berjamaah di masjid, Sekitar setengah sepuluh malam mengeluh sesak nafas, pergi ke Klinik Limo Medicare dengan menggunakan Motor. Masih sanggup duduk di motor, tapi sampai klinik langsung pingsan. Hingga dibawa ke IGD RS Permata Sawangan yang jaraknya kurang dari 2km. Tapi tidak lama kemudian nyawa sudah tidak tertolong lagi.

Uwa As adalah orang yang sangat rajin menjadi Muadzin Solat Subuh, hampir setiap hari, di masjid Al Hukama, kalau wa As dalam keadaan sehat, selalu beliau yang adzan. Bahkan seringkali sejak jam 3 pagi sudah stand by di masjid. Beliau pensiunan guru, dan semenjak pensiun sudah tidak banyak kegiatan. Seringkali tiap solat wajib 5 waktu juga dilakukan di Masjid. Kalau liat rumput-rumput liar, tangannya gak pernah diam untuk membersihkan.

Anak wa As, ARF, atau sering dipanggil Mamat, seumuran denganku. Kita satu kelas selama di SMP dulu, dan bisa dibilang mempunyai kedekatan yang semua orang tau. haha. (wong sekelas cuma 20 orang) XD. Kemarin malam, aku melihat punggung Mamat dari kejauhan jamaah Tarawih. Rasanya sudah berjuta tahun tidak bertemu. Pasca pernikahan Mamat, oh no, bahkan sebelum doi menikah jug, udah jarang banget ketemu, gak pernah ngobrol lagi. Doi juga punya kehidupan baru dengan keluarga kecilnya, apalagi anaknya juga sudah lahir dan tinggal gak di Depok. Tapi, malam kemarin, hanya dari kejauhan, aku merasakan kesedihan yang sangat dalam. Stay Strong mabro. Mendewasa dalam kasih sayang Allah, Menguat dalam segala terpaan. InsyaAllah, skenarioNya selalu yang terbaik dari yang pernah ada.

You Might Also Like

0 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe