Bukti Cinta Kepada Allah

14:56




Sinyal-sinyal yang ditangkap oleh panca indera ternyata tak hanya sinyal-sinyal duniawi yang. Manusia memiliki indera tambahan yang mampu mendeteksi hal-hal diluar 5 hal umum yang biasanya dibahas. Sinyal-sinyal ini biasanya berupa ketenangan jiwa, kepuasan hati, batin yang lega, raga yang bahagia, dan sejenisnya. Contoh paling mudah, jika kita sedang futur, biasanya tercermin dari sinyal badan yang gak segar, jiwa tidak tenang, batin yang galau, dan merembet kemana-mana. Deteksi dini dalam segala keunikan gejala tubuh kita, bisa dimulai dari sana. 

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Jangan-jangan permasalahan hidup kita, sinyal-inyal negatif yang tertangkap dan terpancar oleh hidup kita bermuara pada kurang sehatnya hubungan kita sama Allah. Kurangnya kadar cinta kita sama Allah. Ada beberapa bukti cinta yang bisa terlihat, apakah kita sungguh dan benar sudah mencintai Allah. 

1. Lebih memilih bacaan Al-Quran daripada bacaan yang lain
Pukulan telak untuk saya pribadi yang seringkali menargetkan membaca banyak buku diluar AlQuran, sementara, sementara ODOJ aja kadang masih belangbentong. (hammer). 
Mari kita buktikan sama-sama, bahwa Al-Quran memiliki sifat yang menyembuhkan. Termasuk juga segala penyakit hati yang tanpa sadar hinggap dan menghantui keseharian.  

2. Lebih memilih majelis-majelis Allah dan majelis-majelis Rasul daripada majelis lain
Ujian embali datang dikala musim hujan. Godaan drama korea dan selimut nyaman sunnguh menawan. Bikin enggan datang ke pekanan dan pengajian. Padahal ini salah satu tanda nyata bahwa kefuturan dan kemalasan adaah dua penyakit yang menggerogoti perlahan. Mesti dilawan. Ayo semangt Nel!. XD

3. Lebih memilih kepada Ridha Allah dibanding ridha yang lain.    
Ini berat banget. Kadang, hati kita sudah otomatis bergerak bahkan sebelum direncanakan dalam perhitungan kepala. Akhlaq namanya, jika sudah baik latihannya akan baik respon spontannya. tapi Seiring perkembangan kehidupan dan gejolak iman yang naik dan turun, terkadang juga agak melenceng dari tujuan hakiki. Mencari uang dan bekerja untuk mencari pendapatan, memperoleh gaji dan keuntungan. Makan untuk pemenuhan kebituhan fisik, dan rasa puas, atau bahkan gengsi dan iseng mencoba gaya hidup baru. Padahal, harusnya kita memikirkan iyakah Allah ridha? Bahkan, jika kita meniatkan makan, bekerja, traveling untuk ibadah, Allah akan berikan pahala ibadah untuk kita. Plus bonus manfaat ragawi yang tanpa kita niatkan secara khusus.  Tapi jika niatnya hanya sedangkal mencari uang, biar kenyang, biar seru-seruan, apakah Allah juga akan memberikan pahala ibadah?  

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits) 


Tulisan kali ini saya buat berdasarkan pengajian Takziyah malam ketiga kematian nenek saya, dan saya semakin berasa kalau asupan ilmu agama itu mesti rutin, bahkan setiap hari. Dalam tiga malam pengajian takziyah, sungguh-sungguh berasa hiburan dan penguatan dari tamu dan saudara yang datang, dari ustadz yang mengisi, dan bahkan dari Bapak pembawa acara dan Ayah yang memberi sambutan.


اَللَّهُمَّ اغْفِرَلِيْ وَلِوَالِدَىَّ وَٰرْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا 



You Might Also Like

0 warna seru berkomentar

Flickr Images

Subscribe