Relative Deprivation
20:48Saya tengah membaca buku David and Goliath by Malcolm Gladwell. Sebenarnya ini kali kedua saya membaca buku ini. Namun, karena pada membaca yang pertama saya berhenti di tengah jalan, dan lupa sudah baca sampai mana, akhirnya saya baca ulang lagi dari halaman awal.
So far, buku ini sangat bagus, meski saya sangat tidak suka dengan bagian pengantar dan bagian awal. Silakan di skip saja kalau perlu. (Eh).
Pada bagian ketiga buku ini diceritakan mengenai Relative Deprivation. Sebuah istilah yang dibuat oleh ahli sosiologi Samuel Stouffer ketika Perang Dunia II berlangsung. Deprivasi relatif adalah sebuah kondisi dimana seseorang, akan membentuk kesan bukan secara global, dengan menempatkan diri di konteks terluas. Tetapi kita seringkali menempatkan diri secara lokal. Membandingkan diri kita dengan orang-orang 'di kolam yang sama'.
Setelah saya renungkan, teori ini memang banyak sekali terjadi pada kehidupan sehari-hari. Kita akan cenderung lebih depresi ketika membandingkan diri dengan lingkungan sekitar yang terdekat. Misalnya saja, lulusan universitas terkemuka yang sudah satu setengah tahun lulus, tapi belum juga mendapatkan pekerjaan yang baik, sementara teman-teman seangkatannya sudah mulai bekerja di tempat bergengsi, atau sudah mulai melanjutkan kuliah lagi di kampus ternama. Bagi orang yang 'tertinggal' dan terlihat tanpa kemajuan, ini adalah kondisi yang sangat buruk. Tekanan pembanding yang demikian hebat. Padahal jika dibandingkan dengan kondisi lain, teman yang Drop Out, atau bahkan tidak sempat menginjak bangku kuliah, justru kondisi ini seharusnya kondisi yang bisa lebih di syukuri.
Atau, seorang siswa yang sangat berprestasi di sekolah kecil tentu sangat membanggakan. Tapi begitu siswa tersebut masuk ke sekolah terbaik di kota. Dan ternyata tidak mendapatkan peringkat sama sekali, bagi anak yang terbiasa ada di deretan juara umum lantas ada di deretan belakang, terkadang bukan hal mudah. Padahal, jika dilihat dari sisi lain, anak itu tetap saja pintar. Mendapatkan peringkat akhir bukan berarti menjadikan anak itu bodoh.
Ternyata, begitu banyak kebahagiaan yang bisa diperoleh dari sisi membolak balikkan perasaan dan sudut padang. Begitu juga sebaliknya, betapa banyak kegundahan yang hanya berasal dari kekeliruan sudut pandang kita dalam menilai keadaan.
Selalu bersemangat dan selalu memilih untuk bahagia ya.
Keadaanmu sekarang pasti akan menguatkanmu, lawan segala gundah dengan semangat super!
Salam manis dari Nela untuk kamu, yang sedang berjuang, apapun bentuk perjuangan kebahagiaanmu itu.
pict from : neotoday.org
1 warna seru berkomentar