Pencitraan dalam Sosial Media
20:25Saya belakangan ini terpikirkan tentang makna dari pencitraan, Salah satu teman di dunia maya tampak kesal, beliau menuliskan kekesalannya tentang sosial media yang berfungsi sebagai media pencitraan.
Sejujurnya saya tidak setuju dengan kekesalan beliau.
Menurut hemat saya, apapun yang kita tampakkan di luar, adalah hal-hal yang sudah kita pilih. Sudah kita saring sedemikian rupa sehingga hanya yang kita izinkan terlihat dari luar yang bisa dilihat orang lain. Terserah kalau mau dibilang topeng, boleh saja.
Adalah kekanakkan menurut saya, jika kita harus selalu transparan di hadapan orang lain. Apalagi didunia maya yang sangat beragam penikmatnya. Mulai dari lingkaran terdekat, hingga orang antah berantah di penjuru dunia. Bahkan satu kali bertemu pun terkadang belum. Jangan berharap bisa melihat karakter asli seseorang hanya dari status sosial media-nya. Atau blognya.
Banyak memang yang begitu lincah berselancar, mengunggah status sana sini, bahkan tanpa dipikir terlebih dahulu. Seperti mencerminkaan diri sesungguhnya. Tapi ada juga orang-orang yang sungguh memikirkan akan meng-update apa. Saya terkadang masuk dalam kedua kategori itu.
Namun, saya berusaha semaksimal mungkin menjaga seluruh update-an social media dalam koridor yang positif. (Silakan saja kalau mau dibilang pencitraan).
Menurut saya, berbagi kebahagiaan itu harus. Setidaknya dengan menunjukkan wajah yang bahagia di depan saudaranya. Bahkan berwajah ceria di depan saudara itu termasuk sedekah katanya. Begitu pun sosial media dan gelimang dunia maya.
Saya sangat menghindari keluhan, walau kadang keceplosan juga, mengeluh dan pamer sana sini. Mohon dimaafkan kalau sampai membuat mata terganggu. Yang jelas, saya tidak suka melihat keluhan yang terlalu sering muncul di TL saya. Kalau ada yang sudah terlalu sering meng-update sesuatu yang negatif, saya akan tidak segan-segan untuk unfriend (di social media). Haha. Maaf. Demi kesehatan jiwa, daripada energi negatifnya ketular ke saya, mending dicegah. Pertemanan di dunia nyata masih tetap dijalin, tapi untuk pertemanan di media social yang seringkali diintip, cukup sampai disitu.
Jadi, jangan protes kalau sosial media dan dunia maya hanyalah topeng dan pencitraan. Sejujurnya Personal Branding itu penting. Toh, nama lain dari personal branding ya pencitraan. Pasti setiap manusia punya sisi lemah, gak ada yang ngga, kecuali Rasulullah. Tapi bukan berarti kita jadi menonjolkan kelemahan kita toh.
Memilih untuk menampilkan kebaikan bukan berarti menyangkal segala keburukan kita. Hanya sisi sisi kebaikan yang kita izinkan untuk menular. Yang baik datang dari Allah, yang kurang dan salah hanya kesalahan saya pribadi. Tak perlu diumbar.
Kecuali penyampaiannya dikemas menjadi kemasan yang bisa diambil pelajaran bagi khalayak ramai. Sempurna dalam ketidaksempurnaan. Semoga kita bisa menampilkan diri kita sebaik-baik manusia di hadapan Allah dan seluruh ummat manusia. Semangat bersocial media!
0 warna seru berkomentar