Toh impian besarnya sampai ke surga
08:16Pelajaran yang berhargs sebelum buka:
Di sore hari...ku dapati Ibu sibuk memasak di dapur untuk persiapan buka puasa.
"Ibu masak apa? Bisa ku bantu?"
"Ini masak sambal tahu goreng.
Sama rendang kesukaan Bapak" sahutnya.
"Alhamdulillah.. mantab pasti..
...Eh Bu.. calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh..."
"Iya terus kenapa..?" Sahut Ibu.
"Ya tidak kenapa2 sih Bu.. hanya cerita saja, biar Ibu tak kecewa, hehehe"..
"Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban Wanita?"
Aku menatap Ibu dengan tak paham.
Lalu beliau melanjutkan:
"Ketahuilah Nak, itu semua adalah kewajiban Lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sdh beristri."
katanya sambil menyentil hidungku
"Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?"
Aku masih tak paham juga.
"Kewajiban Istri adalah taat dan mencari ridho Suami." kata Ibu.
"Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya.
Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya"
Saya makin bingung Bu.
"Baik, anandaku sayang. Ini ilmu buat kamu yang mau menikah."
Beliau berbalik menatap mataku.
"Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa?
Bukankah kewajiban Lelaki untuk menafkahi Istri?
Baik itu sandang, pangan, dan papan?" tanya Ibu.
"Iya tentu saja Bu.."
"Pakaian yang bersih adalah nafkah.
Sehingga mencuci adalah kewajiban Suami.
Makanan adalah nafkah.
Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah.
Karena belum bisa di makan.
Sehingga memasak adalah kewajiban Suami.
Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban Suami.
Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban Suami."
Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku cerdas kebanggaanku ini.
"Waaaaah.. sampai segitunya bu..?
Lalu jika itu semua kewajiban Suami.
Kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?"
"Karena Ibu juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya.
Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana.
Karena Ibu mencintai Ayahmu, mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya.
Jika Ayahmu berpunya mungkin pembantu bisa jadi solusi.
Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu."
Aku hanya diam terpesona.
"Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam menumbuk tepung?
Tapi Nabi tidak memberinya.
Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya?
Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam2 yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri."
"Iya Buu..."
Aku mulai paham,
"Jadi Laki-Laki selama ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap Lelaki bertrimakasih pada Istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri."
Ibuku tersenyum.
"Eh. Pertanyaanku lagi Bu, kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?"
"Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak.
Istri menuntut Suami, atau sebaliknya.
Tapi banyak hal lain.
Menurunkan ego.
Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah.
Kerja sama.
Kasih sayang.
Cinta.
Dan Persahabatan.
Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain.
Yang Wanita sebaik mungkin membantu Suaminya.
Yang Lelaki sebaik mungkin membantu Istrinya.
Toh impiannya rumah tangga sampai Surga"
"MasyaAllah.... eeh kalo calon istriku tahu hal ini lalu dia jadi malas ngapa2 in, gimana Bu?"
"Wanita beragama yg baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan Suaminya.
Sehingga tidak mungkin setega itu.
Sedang Lelaki beragama yg baik tentu juga tahu bahwa Istrinya telah banyak membantu.
Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya"
Hening...
Pelajaran yang indah.
Semoga Allah berikan kemudahan dlm setiap langkah ikhtiar kita semua..
~~~~~~~
di re-share oleh Kang Sofar, grup WhatsApp Sekolah Investor, 29 Juni 2015
0 warna seru berkomentar