Jeda antara Keinginan dan Kebutuhan
22:22Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini, ingin itu banyak sekali...
Kehidupan manusia penuh dengan batasan-batasan. Batas antara bayangan dan kenyataan, antara halal dan haram, antara benar dan salah, antara ingin dan butuh. Batas akan senantiasa hadir, jika masih ada perbedaan. Jeda perbedaan inilah yang seringkali menjadikan manusia bermacam-macam tingkah lakunya. Jeda yang mengubah aksi-reaksi setiap manusia berdasarkan kondisinya masing-masing.
Sumberdaya yang terbatas, membuat garis batas semakin jelas. Berbeda dengan keadaan yang cenderung melimpah. Walau batas itu pasti ada, tapi terlihat bias. Mana yang lebih baik? Terkadang kita selalu melihat keadaan yang berbeda dengan yang kita alami menjadi keadaan yang lebih baik. Padahal belum tentu. Sumberdaya yang melimpah cenderung melenakan, dan sumberdaya yang terbatas cenderung mendekati keputusasaan. Everything in this life is a test.
Beberapa bulan ini, aku perlahan mencoba meresapi perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Mengurutkan kembali segala sesuatu sebelum mengambil keputusan. 'Pentingkah? Bisa ditundakah? Mana prioritas yang lebih utama?' Pertanyaan-pertanyaan serupa kuputar ulang berkali-kali.
Baikkah kalau membeli buku ini, padahal buku yang lama saja belum dibaca.
Baikkah jika menabung dan membeli instrumen investasi, padahal masih ada hutang yang belum dibayar.
Baikkah jika melakukan banyak kerjaan sekaligus, mengoptimalkan potensi, walau katanya fokus itu lebih utama.
Semua jawaban itu mengacu pada muara yang sama. Perbedaan hasil keputusan akhir berpangkal pada pengelolaan hawa nafsu kita saat menilai suatu pilihan. Antara bayangan dan kenyataan, antara kelebihan dan kekurangan, antara harapan-harapan. Tak hanya penilaian logis dan realistis, tapi juga diserati godaan setan yang terkutuk.
Maka, untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan, segala pengelolaan hawa nafsu dan pemilihan keputusan, sebaiknya berdasarkan ridho Allah. Mana yang sekiranya Allah lebih suka.
0 warna seru berkomentar