Pre-Jogja Trip 2016
16:18
Yogyakarta, belum ada sepuluh kali aku menginjakkan kaki
disana. Tapi, rasanya sudah sangat cinta. Atau sekedar cinta buta yang kemudian
berkelit begitu sudah mengetahui wajah aslinya? Semoga tidak ya.
Tahun 2016 ini menjadi tahun yang cukup spesial. Meninggalkan
tahun 2015, dengan kenangan yang kental dengan cerita bergaris Jogja, aku cukup
trauma. Trauma dengan khayal-khayal liar yang senantiasa memenuhi pikiran
kosong lamunan. Cerita indah tahun 2015, seolah menertawakan kenyataan tahun berikutnya.
Iyakah bahagia? Haha. Bahkan sempat terpikir tidak berniat kesana untuk
sementara. Mengobati luka, begitu rencananya. Terkadang kenangan indah memang
menyakitkan, jika dihadirkan dalam dimensi waktu yang berbeda.
Beberapa kali nyaris berangkat ke Jogja tahun 2016 ini, tapi
selalu saja gagal. Mulai dari alasan sederhana, hingga alasan luar biasa. Hingga
akhirnya muncul perbincangan singkat dengan Niken di Pizza Hut, beberapa waktu
lalu.
‘Aku suka banget jalan-jalan Ken, kadang kalau lagi kesal
atau butuh berpikir, aku pergi ke puncak, melihat pepohonan, sudah, pulang
lagi. Pengen deh sekali-sekali ke Malang atau Jogja gitu, sampe sana langsung
balik lagi. Aku hanya ingin menikmati perjalanannya saja.’
Aku menduga, penggalan percakapan itu yang menjadi pemicu
momen super berikutnya.
X : Nel, ke Jogja yuk..
Y : Whoaaaaaa… (pengen bangeeettt…)
*beberapa waktu kemudian, yang diketik malah begini
kira-kira…*
Y : Pengen bangeeeett, tapi karena keterbatasan dana, kyanya
aku belum bisa ikut deh..
X : Kamu tinggal berangkat aja, semua kutanggung. Mau ya?
Y: Ngga deh, aku nabung dulu yaaa, nanti kita kesana bareng.
Di tunda dulu aja sebentar yaaa..
X : Oh kalo gitu aku ganti diksinya. Nel, aku mau ke Jogja,
temenin yuk. Kamu mau biarin aku sendirian di kereta? Sendirian keliling Jogja?
Gapapa sih, tapi aku sedih. baper. L
Tiket kereta aku yang pesen, hotel aku juga (karena sama aja nginep sendiri
atau berdua).
Pemaksaan yang membahagiakan.
Akhirnya kuiyakan ajakan ke
Jogja, setelah mendapat izin dari Bapak. Kiw.
Sebenarnya sedikit was-was, kekhawatiran pertama, karena
sepekan sebelumnya, aku sakit yang membutuhkan bedrest total. Sakit gigi plus
Dishmenorhea plus Anemia. Sakit dapet
haid aja kadang bisa sampai digotong ke IGD, nah ini dicampur dengan sakit gigi
dan anemia. Tidur serasa naik rollercoaster. Literally rollercoaster karena
sampai mimpi berkali-kali naik rollercoaster. Haha.
Kekhawatiran kedua, di pekan tersebut bentrok
dengan Jakarta Fashion Week 2017. Seminggu penuh perhelatan fashion show dari
beragam desainer. Aku sudah mengantongi satu tiket untuk hari senin Sore dari
Desainer Billy Tjong. Invitation ini kudapatkan dari ex-fotografer Melangit
yang menawarkan undangan ini. Beliau sekarang jadi fotografer dan tim
internalnya Billy Tjong. Haha.
Ada keinginan tersendiri untuk bisa hadir di gelaran The
Urbanist - Desainer Zalora: IKYK, Danjyo Hyoji, dan Sejauh Mata Memandang.
Beragam kuis aku ikut serta untuk mendapatkan invitationnya. Agak optimis kalau
aku akan berhasil mendapatkan invitation ini. Benar saja, H-2 keberangkatan, aku mendapat
email mengenai limited invitation The Urbanist yang berhasil kuterima. Galaus.
Wakaka. Pengen bangeeeeet liat karyanya Mba Putri di IKYK yang super banget.
Tapi setelah dipikir-pikir, aku sudah lebih dulu mengiyakan ajakan ke Jogja dan
membuat janji untuk menemani ke Jogja.
Akhirnya, kamis pagi buta, aku berangkat ke Stasiun Gambir,
nebeng ayah yang berangkat ke kantor KKP yang juga ada di sekitaran Gambir.
Antara pilihan Jakarta dan Jogja dihari yang sama, kali ini
kupilih Jogja. Kiw.
0 warna seru berkomentar