Evaluasi Waktu
17:01Belakangan ini alergi saya kambuh kembali. Sederhana sih, muka merah beruntusan berminyak. Sedih, karena merasa kurang cantik, lantaran hiasan-hiasan tambahan di wajah. Hehe, tapi mungkin alergi ini adalah hal yang amat baik untuk saya pribadi.
Saya tidak alergi sejak lahir, semua bermula sejak saya semester 3. Saat itu saya terserang suatu penyakit dan diharuskan meminum obat-obatan yang lumayan keras. Pilihannya hanya minum obat hingga tuntas, atau terancam ngga sembuh. Ternyata masa-masa pengobatan itu membuat saya rentan sekali terkena alergi. Pasca pengobatan selesai seringkali saya terserang alergi-alergi yang sebelumnya tidak pernah saya alami.
Saat itu, rasanya kematian ada di depan mata. Oh men, umurku cuma segini kah?
Kambuhnya alergi kali ini membuat saya mengenang momen-momen itu, iyakah kita akan hidup lama? Iyakah hidup kita masih berdekade lagi?
Belakangan ini saya sangat terlena dengan jadwal yang sangat flexible hingga rasanya kurang mengoptimalkan segala potensi. Allah, alhamdulillah, terimakasih sudah memberiku segala macam kenikmatan dunia.
Siang ini saya mencoba memenggal waktu, mengevaluasi hidup berdasarkan waktu yang lebih sempit. Kalau umumnya melakukan evaluasi bulanan atau tahunan. Siang ini saya mencoba mengevaluasi waktu dalam satuan jam. Iyakah dalam satuan jam hidup kita lebih banyak manfaatnya?
Pertanyaan ini sungguh bikin mata saya kembali tersadar, melek optimal. Padahal rasanya efek obat alergi yang habis saya minum masih bikin lemes dan bikin pengen tiduran. Oh Allah, karunikan kepada kami kehidupan penuh manfaat dan kebahagiaan. Ampuni segala khilaf dan kealpaan.
2 warna seru berkomentar