Bogor, 1 Februari
Cinta itu perlu disampaikan dengan manis.
Ibarat cokelat, walaupun hampir semua orang sudah mengetahui kelezatan dan manfaatya, tetap saja kalau belum diolah akan menjadi pahit sekali rasanya.
Aku tahu dengan ini engkau memang benar cinta. Aku sangat tahu itu. Tapi tetap saja nyeri di dada saat menghadapinya membuat trauma itu membekas dan meninggalkan jejak di pojok sana.
Aku tahu, penggalan kalimat tajam, kekejaman dan kedinginanmu selama ini adalah jalan suci untuk menegurku dengan tamparan keras. Alih-alih menampar, semua ini menusukku, merobek hingga diriku terburai tak jelas lagi bentuknya.
Aku tahu, engkau menghendaki yang terbaik untukku. Memberikan pelajaran yang sangat berharga padaku. Memberikan pelajaran yang selama ini belum pernah diberikan oleh siapapun kepadaku sebelummu.
Aku tahu, tapi relung-relung otakku menolak dan mengelak semua itu. Aku berharap engkau memilih jalan yang lebih manis untuk menyampaikan (cintamu) kepadaku. Tidak. Tidak hanya padaku, padanya dan pada mereka kelak. Duhai Bapak, sungguh cinta itu lebih baik disampaikan dengan cara yang manis.
Semanis buah dari pohon kelapa yang membalas cinta pada garam pasir di pinggir pantai itu.
_____
**Sebuah tulisan lama, dari pojok lembaran buku catatan skripsi.
Ini gw pantesan lama bet skripsian yak, kebanyakan nulis beginian kyanya.. :3
Cinta itu perlu disampaikan dengan manis.
Ibarat cokelat, walaupun hampir semua orang sudah mengetahui kelezatan dan manfaatya, tetap saja kalau belum diolah akan menjadi pahit sekali rasanya.
Aku tahu dengan ini engkau memang benar cinta. Aku sangat tahu itu. Tapi tetap saja nyeri di dada saat menghadapinya membuat trauma itu membekas dan meninggalkan jejak di pojok sana.
Aku tahu, penggalan kalimat tajam, kekejaman dan kedinginanmu selama ini adalah jalan suci untuk menegurku dengan tamparan keras. Alih-alih menampar, semua ini menusukku, merobek hingga diriku terburai tak jelas lagi bentuknya.
Aku tahu, engkau menghendaki yang terbaik untukku. Memberikan pelajaran yang sangat berharga padaku. Memberikan pelajaran yang selama ini belum pernah diberikan oleh siapapun kepadaku sebelummu.
Aku tahu, tapi relung-relung otakku menolak dan mengelak semua itu. Aku berharap engkau memilih jalan yang lebih manis untuk menyampaikan (cintamu) kepadaku. Tidak. Tidak hanya padaku, padanya dan pada mereka kelak. Duhai Bapak, sungguh cinta itu lebih baik disampaikan dengan cara yang manis.
Semanis buah dari pohon kelapa yang membalas cinta pada garam pasir di pinggir pantai itu.
_____
**Sebuah tulisan lama, dari pojok lembaran buku catatan skripsi.
Ini gw pantesan lama bet skripsian yak, kebanyakan nulis beginian kyanya.. :3