Many Miles To Go

Penuh kejutan. Jam 5.15 saya sudah berangkat dari kostan, ngumpul dengan AK (Anggota Kelompok) di wisma amarilis di depan FPIK, tak disangka, AK saya, AK 13, datang yang pertama. Pemanasan, push up gara-gara ada yang telat, dipaksa makan roti(padahal sebelumnya di kostan juga makan roti sama susu), mual,tapi mpf must go on!. Materi di Auditorium FPIK. Semua berjalan lancar sampe, suatu ketika ada dosen yang datang, berbicara di depan, nanya kesan peserta OMBAK (nama mpf fpik), nanya hukuman, yah jelaslah yang ditanya jawab disuruh push up yang 1 serinya 10 kali push up. Bapak itu langsung membuat kesepakatan tidak boleh ada lagi hukuman push up. Saya mulai bingung, siapa beliau, seenaknya bikin kesepakatan.

Kebingungan belum berakhir, pada name tag yang bagian depan berupa bentuk ikan dari nama masing-masing AK, (AK saya,Ikan Selar ekor kuning) sementara bagian belakang adalah name tag kesalahan. Dan langsung saja, Beliau bilang nametag kesalahan tidak perlu dipakai.Saya semakin bingung.

Panitia pun terlihat sangat kebingungan. Akhirnya, setelah beberapa waktu berlalu yang diselingi materi yang lain (acara tetap berjalan normal setelah itu). Setelah yang menurut dugaan saya, pihak panitia telah berdiskusi dengan Bapak itu yang belakangan saya ketahui adalah Dosen ITK FPIK,beliau berbicara dan menanyakan kesan peserta terhadap OMBAK, melalui dialog antara peserta dan Beliau disepakati bahwa Anggap saja tadi tak terjadi kesepakatan apa-apa.semua berjalan sesuai dengan rencana awal panitia.

Setelah dipikirkan,hal ini pasti karena para dsen yang sangat sayang pada mahasiswanya, karena terkenal dari dulu FPIK melakukan ospek yang melibatkan fisik cukup banyak. Tetapi para panitia, lebih tepatnya semua panitia dari semua kepanitiaan apapun, pastilah merencanakan yang terbai untuk acaranya, untuk pesertanya, terlebih lagi untuk adik-adiknya.

Hari yang melelahkan, tapi menyenangkan. FPIK love u so much!

Tumben-tumbennya, keluarga, mulai dari mama, bapa, mbu mar, mbu mpu, mang yadi, yang semuanya ade-kakanya mama, bilang, ato lebih tepatnya nyuruh buat saya ga ikut kegiatan apapun di kampus. Sedih.

Mungkin semuanya berawal dari salah saya juga yang kurang amanah pd diri sendiri. Kurang merhatiin diri, sering sakit, sampe berat badan yang tadinya dah naek, eh malah turun lagi.Tambah kurus. Nilai pas-pasan, meski masih sangat pantas buat disyukuri. Yah, setahun ini emang saya akui, management makan yang jarang bgt bisa disiplin, ditambah keadaan IPB yang semua orang juga udah pada tau, tingkat TPB kuliahnya kebanyakan wara-wiri, jalan kesono-kemari pindah-pindah fakultas. Ditambah lagi ruang sidang yang selalu getol didatengin AC (Angin Cepoi-cepoi)nya selalu nyala dengan kekuatan yang bisa dibilang cukup mencepoi.

Mungkin semuanya berawal dari salah saya, yang setiap dirumah benar-benar merasa disitulah satu-satunya tempat beristirahat. Sehingga ga terlalu banyak beraktifitas kalo ada di rumah. Palingan 'mendekam' di dalem rumah, beraktifitas yang bisa dibilang itu-itu aja, ke warung, bengkel,udah. Warung sama bengkel palingan juga cuma 5 meter dari pintu rumah. Yah, mungkin itu bisa dibilang keterlaluan.

Mungkin semuanya berawal dari salah saya, yang udah menyia-nyiakan kepercayaan orang tua yang udah diberikan selama ini. Dari smp, saya selalu dibolehkan mengikuti kegiatan apapun yang saya nilai bagus. Tapi sekarang..

Rasanya begitu menyesal, sedih.

Dalam otak saya terbayang saya nekat melanjutkan kegiatan, ikut DPM FPIK atau BEM FPIK atau fkm-C (Forum keluarga Muslim FPIK), rasanya banyak baget yang mau dilakuin,, nekat. Tanpa sepengetahuan orang tua dan keluarga untuk mengikuti itu semua dan membuktikan ke mereka kalo saya bisa memperbaiki diri! Saya ga bakalan ngulangin kesalahan lagi.Tapi, bukannya ridho Allah ada di ridho orang tua. Dan bukannya kita hidup buat mendapat ridho Allah??

Semuanya membingungkan. Saya mau beraktivitas. karena diam berarti mati. tapi saya ga mau ngelawan orang tua. dilema. bingung. belum bisa memutuskan. buat yang baca ini,, plis, saya, nela, minta saran.

Hal ini terpikirkan kemarin, saat sore itu disebuah angkot 06 jurusan Parung-Bogor yang menunggu calon penumpang dengan sangat setia. Seperti kebiasaan lama saya, saya mulai membaca sebuah komik yang ga perlu disebutkan judulnya.

KOmik itu sebenarnya komik biasa, tapi ada satu hal yang membuat saya kembali berpikir dan mengingat masa lalu.

Ceritanya begini...

Menilai, melihat, dan menganggap seseorang dengan apa adanya orang itu sangat susah dan langka. Seringkali kita, saya, melihat seseorang dari asal muasalnya, orangtuanya, jabatannya, atau embel-embel lain yang melekat pada dirinya.

Hal ini mulai terjadi ketika memasuki smansa depok. Saya, yang berasal dari smp minoritas, hanya 2 orang yang saya kenal saat pertama masuk.Pipit & Dimas jawir, itu pun karena kita satu SD.

Memasuki dunia baru dengan orang yang hebat-hebat, yang saat itu rasanya terlalu tinggi untuk kehidupan saya. Tapi, akhirnya saya bisa beradaptasi di smansa, Alhamdulillah.

Sebenarnya kebiasaan buruk menilai dengan cara seperti ini sampai saat ini pun rasanya masih sering terlintas. Tapi mulai sadar, kalau setiap individu ya berbeda, punya potensi masing-masing, pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Percaya akan itu semua awalnya sulit, tapi kini mulai terbiasa.

Buat yang pernah bernasib sama seperti saya atau sedang mengalaminya, jangan minder. pede,, pasti juga semua orang punya kelebihan tersendiri.

Di komik yang saya baca saat itu, tokohnya ada satu orang yang selalu dinilai lantaran latar belakang dia, dan 2 orang lagi tokoh yang jujur, menilai orang apa adanya mereka.

Komik itu membuat saya yakin kalau setiap orang jauh lebih suka apa adanya dirinya.Apa adanya, bukan ada apanya. he,

Akhirnya ngenet lg, setelah sekian lama ga ngenet. hehe,,

Akhirnya mpf tiba, dah hari H1 n, bsk gmn ya...

Akhirnya tadi malem nginep di kostan nissa

Akhirnya

Akhirnya

udah